Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan China Tinggi, Harga Kedelai Kian Melejit

Salah satu sentimen pendukung reli harga biji kedelai adalah tingkat permintaan global yang tinggi, utamanya dari China. Tingginya permintaan dari China juga sempat melambungkan harga kedelai ke level tertingginya dalam enam tahun pada awal 2021 lalu.
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi fundamental yang baik dinilai menjadi faktor penguatan harga biji kedelai hingga ke kisaran US$14 per bushel.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (24/2/2020), harga biji kedelai berjangka untuk kontrak Mei 2021 terpantau naik hingga 2,9 persen ke US$14,2825 per bushel. Secara year to date (ytd) harga biji kedelai telah naik 7,18 persen.

Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, tren positif harga biji kedelai memang sejalan dengan kenaikan harga komoditas lainnya seperti tembaga, minyak kelapa sawit, dan lain-lain. Selain itu, ia menilai beberapa sentimen yang mempengaruhi pasar kedelai memang sedang bagus.

“Fundamentalnya memang bagus saat ini, sehingga kenaikan harga biji kedelai memang wajar,” katanya saat dihubungi pada Rabu (24/2/2021).

Wahyu memaparkan, salah satu sentimen pendukung reli harga biji kedelai adalah tingkat permintaan global yang tinggi, utamanya dari China. Tingginya permintaan dari China juga sempat melambungkan harga kedelai ke level tertingginya dalam enam tahun pada awal 2021 lalu.

Kenaikan permintaan biji kedelai dari China disebabkan oleh upaya pemerintah setempat untuk memulihkan industri peternakan yang terdampak flu babi Afrika beberapa waktu lalu. Para peternak di China menggunakan biji kedelai sebagai salah satu pakan ternak.

Selain dari China, faktor cuaca ekstrim yang dialami oleh negara produsen seperti Argentina dan Brazil juga turut mempengaruhi reli harga biji kedelai. Ia menjelaskan, cuaca yang tidak kondusif berimbas pada tertundanya proses penanaman kedelai.

Penundaan tersebut, lanjut Wahyu, akan semakin menekan pasokan dan permintaan global yang sudah sangat sempit sebelumnya. Padahal, perekonomian China saat ini telah menunjukkan pemulihan dan tingkat permintaan terhadap biji kedelai juga berpotensi kembali meningkat

“Ini membuat persediaan biji kedelai global semakin menipis. Di sisi lain, cuaca kering juga menghambat proses penanaman kedelai,” jelasnya.

Wahyu menilai peluang kenaikan harga komoditas ini masih terbuka. Menurutnya, dengan tren positif saat ini, potensi harga kedelai menguji level US$15 per bushel semakin terbuka.

“Bila menembus US$15, harag biji kedelai juga berpeluang menguji kisaran US$17 per bushel,” katanya.

Meski demikian, menurutnya harga kedelai akan sulit bertahan lama di level US$15 per bushel. Sehingga, kisaran harga untuk biji kedelai di 2021 menurut Wahyu adalah pada rentang US$12 per bushel hingga US$15 per bushel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper