Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perdagangan Akhir Pekan, Rupiah Paling Ambrol di Antara Mata Uang Asia

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (19/2/2021), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 55 poin atau 0,39 persen ke level Rp14.080.
Pegawai bank menata uang dolar di kantor cabang bank Mandiri Syariah di Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Abdurachman
Pegawai bank menata uang dolar di kantor cabang bank Mandiri Syariah di Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah mengakhiri perdagangan pekan ketiga bulan Februari di zona merah. Bahkan, rupiah menjadi yang terlemah saat mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (19/2/2021), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 55 poin atau 0,39 persen ke level Rp14.080. Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,05 persen ke posisi 90,631.

Pelemahan rupiah membuatnya menjadi mata uang paling terpuruk di pasar Asia pada hari ini. Selain rupiah, ringgit Malaysia juga koreksi 0,07 persen. Adapun, mayoritas mata uang Asia cenderung menguat, dipimpin yuan yang naik 0,48 persen.

Sementara itu, data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.085 per dolar AS, turun 36 poin atau 0,25 persen dari posisi kemarin, Kamis (18/2/2021) Rp14.059 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya mengatakan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh rilis data dari Bank Indonesia (BI) yang melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV/2020 mengalami defisit sebesar US$0,2 miliar.

Sementara itu, surplus NPI tahun 2020 sebesar US$2,6 miliar, melanjutkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar US$4,7 miliar. Perkembangan tersebut didorong oleh penurunan defisit transaksi berjalan serta surplus transaksi modal dan finansial.

Defisit transaksi berjalan pada 2020 sebesar US$4,7 miliar atau 0,4 persen dari PDB, jauh menurun dari defisit pada 2019 sebesar US$30,3 miliar dolar AS atau 2,7 persen dari PDB.

Surplus transaksi berjalan pun berlanjut pada kuartal IV/2020, ditopang oleh surplus neraca barang yang meningkat. Pada kuartal IV/2020, transaksi berjalan kembali surplus sebesar US$0,8 miliar atau 0,3 persen dari PDB, melanjutkan capaian surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$1 miliar, 0,4 persen dari PDB.

Sementara itu, dari luar negeri, investor terus mencerna kenaikan tak terduga dalam jumlah klaim pengangguran AS. Sebanyak 861.000 klaim telah diajukan selama minggu sebelumnya, dibandingkan dengan 765.000 klaim dalam perkiraan yang diperkirakan sebelumnya dan 848.000 klaim pekan sebelumnya.

“Hal ini menandakan penurunan pertumbuhan pekerjaan selama dua bulan beruntun ditengah melambatnya penyebaran virus corona baru-baru ini,” jelasnya.

Di sisi lain, jumlah kasus virus corona global melampaui angka 110 juta pada 19 Februari, menurut data dari Universitas Johns Hopkins. Data yang mengecewakan tersebut berdampak pada dolar AS, meskipun kemajuan dibuat pada paket stimulus US$ 1,9 triliun yang diusulkan oleh Presiden Joe Biden dan indikator ekonomi lainnya lebih positif.

Untuk perdagangan Senin (22/2/2021) pekan depan, Ibrahim memperkirakan nilai rupiah akan dibuka berfluktuasi. Namun, pergerakan tersebut akan kembali ditutup di zona merah pada rentang Rp14.050 - Rp14.080.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper