Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Korporasi Mulai Tumbuh, BEI: Perusahaan Siap Ekspansi

Saat ini jumlah dan nilai obligasi/sukuk korporasi yang ada di pipeline BEI, tercatat ada 10 emisi yang terdiri dari 3 sukuk dan 7 obligasi, dengan total emisi yang akan diterbitkan sebesar Rp10,5 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna Setia memberikan penjelasan di Jakarta, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna Setia memberikan penjelasan di Jakarta, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai outstanding obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai menunjukkan pertumbuhan. Sejumlah katalis positif disebut akan jadi pendorong

Mengacu pada data BEI per 16 Januari 2021, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 473 emisi dari 130 emiten dengan nilai nominal outstanding Rp 427,09 triliun dan US$ 47,5 juta.

Dari angka tersebut, jumlah emisi obligasi dan sukuk baru yang dicatatkan sepanjang tahun berjalan hingga sudah mencapai Rp 5,11 triliun dari 8 obligasi yang diterbitkan oleh 8 emiten.

Adapun, saat ini jumlah dan nilai obligasi/sukuk korporasi yang ada di pipeline BEI, tercatat ada 10 emisi yang terdiri dari 3 sukuk dan 7 obligasi, dengan total emisi yang akan diterbitkan sebesar Rp10,5 triliun.

Outstanding obligasi korporasi mulai menunjukkan pertumbuhan pasca adanya penurunan yang disebabkan oleh pandemi,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna, Rabu (17/2/2021)

Dia menyebut tren pertumbuhan penerbitan obligasi korporasi diperkirakan akan berlanjut seiring dengan hadirnya sejumlah katalis positif di pasar, salah satunya adalah momentum pemulihan ekonomi 2021.

“Ada kebutuhan dana ekspansi perusahaan di tahun 2020 yang tertunda, serta adanya tren refinancing perusahaan atas utang jatuh tempo,” tutur Nyoman.

Selain itu, kebijakan moneter dan fiskal yang tetap akomodatif dengan potensi tren suku bunga rendah yang terus berlanjut akan menurunkan cost of fund penerbitan surat utang korporasi.

Stimulus dari bank sentral diproyeksi akan meningkatkan likuiditas di pasar keuangan sehingga penempatan dana perbankan di pasar obligasi diperkirakan meningkat. Ditambah tren pelemahan dolar AS yang akan mendorong aliran dana asing ke negara berkembang.

“Secara umum kondisi tersebut memberikan optimisme akan pertumbuhan ekonomi dan diharapkan penerbitan obligasi dan sukuk di tahun ini lebih kondusif dibandingkan tahun 2020,” imbuhnya.

Nyoman juga menilai kesempatan penerbitan obligasi dan sukuk di tahun ini kian terbuka lebar seiring likuiditas yang baik di pasar sekunder, apalagi jumlah investor pasar modal saat ini terus bertambah dengan pesat.

Tercatat, sepanjang tahun 2020 lalu, peningkatan investor di pasar modal yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksadana, mengalami kenaikan 56 persen mencapai 3,88 juta investor.

“Kenaikan investor ini melonjak 4 kali lipat dalam 4 tahun terakhir. Kondisi tersebut memberikan optimisme akan likuiditas obligasi maupun sukuk, dimana dapat menjadi alternatif pilihan investasi yang menarik bagi Investor,” katanya lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper