Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Parkir di Level 6.208, IHSG Mengekor Penguatan Bursa Asia

IHSG ditutup menguat 0,93 persen atau 57,14 poin ke level 6.208,87 pada akhir perdagangan, setelah bergerak dalam kisaran 6.180,73-6.224,41.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mempertahankan posisinya di zona hijau hingga akhir perdagangan hari ini, Senin (8/2/2021).

IHSG ditutup menguat 0,93 persen atau 57,14 poin ke level 6.208,87 pada akhir perdagangan, setelah bergerak dalam kisaran 6.180,73-6.224,41.

Sebanyak 334 saham ditutup menguat, 169 saham melemah, sedangkan 149 saham lainnya stagnan.

Volume perdagangan hari ini mencapai 17,42 miliar saham dengan nilai Rp15,30 triliun. Di sisi lain, investor asing mencatatkan jual bersih atau net buy sebesar Rp231,46 miliar.

IHSG menguat sejalan dengan bursa saham lainnya di Asia yang juga bergerak di zona hijau. Indeks Shanghai Composite ditutup menguat 1,03 persen, indeks Hang Seng naik 0,21 persen.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 2,12 persen dan indeks Topix naik 1,8 persen ke level tertingginya sejak 30 tahun terakhir menyusul laporan bahwa pemerintah akan mencabut status darurat di sejumlah wilayah.

Penguatan bursa Asia juga didorong oleh komentar Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen bahwa AS dapat kembali tingkat tenaga kerja penuh pada tahun 2022 jika menggelontorkan paket stimulus yang cukup kuat.

Dilansir Bloomberg, investor merasa nyaman dengan peluncuran program vaksin dan data yang menunjukkan tren penurunan infeksi di sejumlah negara termasuk AS.

Di sisi lain, data tenaga kerja AS yang lebih lemah dari perkiraan pada hari Jumat memperkuat risiko ekonomi karena pandemi tetap ada, tetapi juga mengindikasikan stimulus ekonomi semakin dibutuhkan.

“Sentimen risiko cerah karena antisipasi atas paket stimulus AS meningkat,” kata kepala analis Sumitomo Mitsui DS Asset Management Co, Masahiro Ichikawa, seperti dikutip Bloomberg.

“Meskipun skala paket stimulus AS kemungkinan akan berkurang, jumlahnya akan tetap besar untuk mendorong perekonomian AS," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper