Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dear Investor, Ini Lho Penyebab IHSG Tekor Terus hingga 7 Sesi Beruntun

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tersungkur dalam tujuh sesi. Ada faktor global dan juga domestik yang bikin indeks tidak bredaya.
Trader berjalan saat ticker menampilkan harga saham di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Indonesia./ Dimas Ardian - Bloomberg
Trader berjalan saat ticker menampilkan harga saham di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Indonesia./ Dimas Ardian - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 7 sesi secara beruntun sejak 21 Januari 2020. Ada faktor global dan domestik yang menjadi pemicu IHSG terus melemah.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetyo menuturkan indeks komposit mengalami penurunan terpengaruh likuiditas global yang mulai ketat akibat langkah bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve mengakhiri intervensi repo per 26 Januari 2021.

“Tindakan seperti itu dapat mengurangi likuiditas pasar sehingga pasar yang kemarin sempat euphoria mengalami 'shock' sehingga pasar pun mengalami penurunan yang cukup dalam pada hari ini," jelas Frankie kepada Bisnis, Jumat (29/1/2021).

Adapun, guna menjaga suku bunga tetap dekat dengan nol, bank sentral AS The Fed merencanakan untuk menghentikan intervensi di pasar keuangan AS pada permulaan Februari 2021. Hal ini dilakukan agar fungsi pendanaan pasar keuangan dolar AS dalam jangka pendek berjalan mulus.

Pada penutupan pasar Jumat (29/1/2021), IHSG parkir di level 5.862,35 setelah melemah 1,96 persen dibanding posisi kemarin. Ini mengakumulasi pelemahan yang terjadi selama sepekan atau lima sesi terakhir, yakni menjadi anjlok  7,05 persen. Dalam tujuh sesi terakhir, IHSG bahan melemah 8,2 persen.

Kapitalisasi pasar saham secara langsung turun menjadi Rp6.852,97 triliun akibat pelemahan IHSG. Adapun total transaksi yang tercatat di bursa hari ini sekitar Rp16,51 triliun, dengan aksi jual bersih asing atau net sell Rp924 miliar di seluruh pasar.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich sebelumnya menjelaskan pelemahan IHSG belakangan ini dipengaruhi oleh tren perdagangan spekulatif yang membawa harga saham naik terlalu cepat. Alhasil, penurunan mayoritas harga saham belakangan ini bisa terjadi karena investor merealisasikan keuntungan (profit taking)

“Sepertinya di Indonesia agak mirip di AS [Amerika Serikat], disinyalir banyak speculative trading yang mengangkat harga naik terlalu cepat untuk beberapa saham yang kemudian sekarang koreksi,” kata Farash kepada Bisnis, Kamis (28/1/2021).

Farash juga melihat pasar saham masih kekurangan sentimen positif yang dapat mengangkat harga. Terlebih beberapa hari terakhir lebih banyak berita lonjakan kasus Covid-19 yang berisiko menghambat pemulihan bisnis tahun ini.

Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menambahkan bahwa indeks sukar keluar dari zona merah tertekan oleh berita negatif lonjakan kasus virus corona berbarengan dengan penyesuaian bobot beberapa indeks saham di bursa.

“Rebalancing portofolio di masa penyesuaian bobot beberapa Indeks klasifikasi baru hingga [investor] terbawa arus pesimistis indeks saham global menjadi faktor-faktor utama,” jelas Lanjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper