Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Mepet Kapitalisasi US$1 Triliun, Saham Tencent Anjlok

Saham raksasa internet China ini anjlok 6,7 persen di bursa saham Hong Kong pada Selasa (26/1/2021). Kapitalisasi pasarnya pun turun menjadi di bawah US$900 miliar.
Bendera Tencent Holdings Ltd. berkibar di luar gedung kantor pusat perusahaan tersebut di Beijing, China, Selasa (14/8/2018)./Bloomberg-Giulia Marchi
Bendera Tencent Holdings Ltd. berkibar di luar gedung kantor pusat perusahaan tersebut di Beijing, China, Selasa (14/8/2018)./Bloomberg-Giulia Marchi

Bisnis.com, JAKARTA – Saham Tencent Holdings Ltd. merosot setelah mencatatkan lonjakan yang mendorong kapitalisasi pasarnya mendekati level US$1 triliun untuk pertama kalinya.

Dilansir Bloomberg, saham raksasa internet China ini anjlok 6,7 persen di bursa saham Hong Kong pada Selasa (26/1/2021). Kapitalisasi pasarnya pun turun menjadi di bawah US$900 miliar.

Penurunan ini dipicu oleh aksi profit taking setelah saham melonjak 11 persen pada perdagangan Senin (25/1), yang merupakan lonjakan terbesar Tencent dalam hampir satu dekade terakhir.

Turut menambah tekanan, penasihat bank sentral China memberikan pernyataan bahwa likuiditas yang berlebihan dan suku bunga yang sangat rendah menciptakan gelembung (bubble) di pasar saham.

Prospek bahwa China akan memperketat kondisi pendanaan mengancam menggagalkan reli saham Tencent, yang didukung oleh aliran modal dari investor China daratan.

Investor China memborong saham Hong Kong bulan ini, dengan sekitar seperempatnya mengincar Tencent. Karena lebih dari satu miliar orang menggunakan platform media sosial WeChat, Tencent ada di mana-mana bagi investor China yang tidak memiliki akses ke saham saingannya di Hong Kong, Alibaba Group Holding Ltd.

Tencent adalah perusahaan terbaru dengan kapitalisasi raksasa yang mendapatkan keuntungan dari antusiasme investor terhadap sektor teknologi. Sebelum pelemahan hari ini, kapitalisasi Tencent telah melonjak US$251 persen sejak awal tahun 2021.

Di sisi lain, ada peringatan bahwa kebijakan moneter yang longgar memicu gelembung dalam pasar saham global, terutama di AS, di mana kenaikan dipimpin oleh indeks Nasdaq.

Saat investor mencari alternatif yang lebih murah, mereka mengincar bursa saham Hong Kong. Hal itu membantu indeks Hang Seng China Enterprises mencatat performa terbaik di antara indeks utama dunia dalam sebulan terakhir.

Meskipun Tencent telah lama menjadi favorit investor di Asia, dengan return lebih dari 100.000 persen  sejak penawaran umum perdana tahun 2004, ada risiko lain yang menjulang terhadap reli tersebut.

Pada tahun 2018, tindakan keras pemerintah terhadap industri game online China menekan lini bisnis Tencent yang paling menguntungkan tersebut. Padahal, lini game Tencent saat itu menyumbang sekitar 40 persen dari total pendapatan.

Ditambah dengan ekonomi China yang melambat dan yuan yang melemah, moratorium pesetujuan gim baru oleh pemerintah China membuat saham Tencent anjlok 22 persen saat itu.

Kampanye menentang praktik monopoli sejak akhir tahun lalu telah menargetkan banyak industri tempat Tencent dan saingannya Alibaba beroperasi, termasuk industri pembayaran online.

Tetapi meskipun meningkatnya risiko regulasi telah membuat saham Alibaba melemah 18 persen sejak Oktober 2020, Tencent justru mencatat rekor saham tertinggi selama tujuh dari delapan sesi perdagangan terakhir.

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan nasib kedua saham ini adalah karena saham Alibaba di Hong Kong tidak termasuk dalam saham dalam kolaborasi Shanghai-Hong Kong Stock Connect.

Tencent akan menjadi perusahaan China kedua yang bergabung klub korporasi bernilai triliunan dolar setelah PetroChina Co., yang sempat mencatat kapitalisasi lebih dari US$1 triliun pada akhir 2007 sebelum kembali jatuh.

Raksasa teknologi AS seperti Apple Inc., Amazon.com Inc., Alphabet Inc., dan Microsoft Corp. juga masing-masing memiliki valuasi lebih dari US$1 triliun, seperti halnya Saudi Arabian Oil Co.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper