Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos OJK : Begitu Ada Krisis Akibat Pandemi, Pasar Modal Diutamakan

Saat ada gejala krisis, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjaga tingkat kepercayaan investor di pasar modal. Lewat berbagai cara, otoritas berusaha menjaga agar indeks saham tidak terus tertekan.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengutamakan pengaturan pasar modal sepanjang pandemi Covid-19. Hasilnya, memasuki 2021, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah kembali pada posisi sebelum Covid-19.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan pasar modal menjadi langkah pertama yang dilakukan guna mengantisipasi pandemi terhadap sektor keuangan.

"Pertama yang kami lakukan bagaimana pasar modal terkoreksinya tidak terlalu dalam, agar outflow tidak terlalu besar. Kalau terlalu besar ini luar biasa dan sulit terkendali, sehingga agar confidence, outflow menjadi terukur, terkoreksinya pun terukur," ujarnya dalam Webinar Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 bertajuk Akselerasi Pemulihan Ekonomi, selasa (26/1/2021).

Dia menegaskan kebijakan awal yakni mengatur agar trading halt atau pembekuan sementara perdagangan menjadi lebih ketat yang tadinya lebih dari 5 persen dibatasi menjadi 5 persen. Dengan demikian, begitu saham turun 5 persen, perdagangan langsung berhenti.

Selain itu, kegiatan pembelian kembali saham-saham emiten atau buyback tanpa melalui RUPS. Pasalnya, jika melalui RUPS itu membutuhkan waktu untuk lakukan.

"Dengan demikian, kami bisa menahan terkoreksinya saham kita dari di atas 6.000 di 6.300 menjadi hanya hampir 3.900 di 24 Maret 2021. Ini kami yakin hanya sementara, pada Maret kami harus mengeluarkan kebijakan lainnya agar masyarakat confidence dan bisa bertahan," katanya.

Koreksi pasar modal terangnya, memasuki 2021 sudah mulai berbalik dan kembali ke posisi sebelum pandemi Covid-19 dengan melewati ambang 6.000. Hal ini terutama terbantu dari fiskal yang akomodatif untuk bantuan sosial serta stimulus lainnya yang memberi amunisi pertumbuhan.

"Di pasar modal investor banyak ritel, transaksi pakai teknologi, sehingga masyarakat yang buat piknik, belanja atau holiday di luar negeri, dananya lebih banyak diputar di perbankan dan di pasar modal. Ini adalah situasi baru yang kami ambil manfaatnya bagus untuk pasar modal dan perbankan terjaga. Ini siap untuk pemulihan," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper