Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Tidak Kondusif, Spread SBN dan Obligasi Korporasi Makin Lebar

Risiko gagal bayar obligasi korporasi pada tahun lalu dinilai sangat tinggi karena pandemi virus corona yang berimbas pada kegiatan perusahaan-perusahaan.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi fundamental perekonomian dan upaya penanggulangan pandemi virus corona menjadi faktor penentu dalam prospek pengurangan spread imbal hasil (yield) obligasi korporasi dengan surat berharga negara (SBN)

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pelebaran spread imbal hasil salah satunya disebabkan oleh kondisi pasar yang tidak kondusif sepanjang tahun lalu. Ia mengatakan, SBN adalah instrumen dengan risiko yang minimal karena dijamin oleh pemerintah.

Di sisi lain, obligasi korporasi menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi namun memiliki risiko yang lebih besar. Risiko gagal bayar obligasi korporasi pada tahun lalu dinilai sangat tinggi karena pandemi virus corona yang berimbas pada kegiatan perusahaan-perusahaan.

Ia mencontohkan, sektor-sektor seperti properti dan otomotif yang sangat terdampak pandemi virus corona menanggung risiko tinggi untuk menerbitkan obligasi. Perusahaan di sektor ini pun harus mengkompensasi risiko tersebut dengan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi.

“Sementara itu, imbal hasil SBN menunjukkan penguatan pada akhir 2020,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (25/1/2021). 

Menurut Nico, peluang penyempitan spread antara obligasi korporasi dan SBN amat ditentukan oleh kondisi fundamental perekonomian pada paruh pertama tahun ini. Ia mengatakan, apabila inflasi dan daya beli masyarakat terjaga, maka spread imbal hasil obligasi korporasi dan SBN dapat berkurang.

Selain itu, kebijakan terkait penanggulangan virus corona juga menjadi faktor pendukung lainnya. Kebijakan pengendalian dan penanggulangan virus corona yang optimal akan berimbas pada membaiknya kinerja perusahaan sehingga dapat menekan biaya penerbitan dan imbal hasil surat utang.

“Apabila faktor-faktor ini tidak kunjung membaik, peluang pelebaran lebih jauh semakin mungkin terjadi karena risiko pasar yang juga semakin tinggi,” jelasnya.

Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) jelang akhir 2020, secara rata-rata yield obligasi korporasi berperingkat AAA di semua tenor lebih rendah dibandingkan 2019. Namun, spread yield obligasi korporasi dengan SBN cenderung melebar.

Tercatat, spread yield obligasi korporasi berperingkat AAA dengan tenor 1 tahun menyentuh 204 bps, padahal pada 2019 spread-nya hanya 95 bps. Kemudian spread tenor lainnya berturut-turut 191 bps (3 tahun), 186 bps (5 tahun) dan 175 bps (10 tahun).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper