Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Anjlok Jangka Pendek, Lockdown Wilayah Tak Bisa Dianggap Remeh

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (22/1/2021) siang, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun hingga 1,62 persen ke level US$52,27 per barel di New York Mercantile Exchange.
Aktivitas di kilang minyak Nasiriyah, Irak./Bloomberg.
Aktivitas di kilang minyak Nasiriyah, Irak./Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami anjlok terparah sepekan kemarin. Hal ini sebagai akibat dari naiknya stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang dianggap sebagai kendala yang dihadapi pasar yang masih berusaha pulih dari kemerosotan permintaan yang disebabkan pandemi.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (22/1/2021) siang, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun hingga 1,62 persen ke level US$52,27 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara, harga minyak Brent juga melemah hingga 1,23 persen ke posisi US$55,41 di ICE Futures Europe.

Sebuah laporan pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah domestik meningkat untuk pertama kalinya sejak Desember 2019, naik lebih dari 4 juta barel pekan lalu. Namun, data juga menunjukkan penyulingan memproses minyak mentah paling banyak sejak Maret, sebuah tanda yang menggembirakan.

Manajer Portofolio di Tortoise Quinn Kiley menegaskan penurunan ini merupakan angka bearish jangka pendek. Tortoise merupakan sebuah perusahaan yang mengelola sekitar US$8 miliar aset terkait energi.

"Tetapi data menunjukkan bahwa permintaan telah pulih lebih dari yang mungkin disadari orang," ungkapnya dikutip dari Bloomberg, Minggu (24/1/2021).

Sementara itu, posisi dolar AS yang lebih kuat pada penutupan Jumat juga mengurangi daya tarik harga komoditas dalam mata uang tersebut.

Menyusul minyak telah mengalami penguatan sejak tahun baru, harga minyak telah berjuang untuk menembus level tertinggi baru sepanjang Januari ini dengan pembatasan untuk mengekang penyebaran Covid-19.

Beberapa bagian negara Hong Kong ditutup dan perdana menteri Inggris mengisyaratkan pembatasan dapat berlangsung selama berbulan-bulan, sementara Gubernur New York mengatakan negara bagian itu di ambang kehabisan vaksin Covid-19.

Ahli Strategi Komoditas Rabobank AS Ryan Fitzmaurice mengungkapkan pasar minyak sejauh ini berhasil mengabaikan kondisi lockdown atau karantina sejumlah wilayah di sebagian besar Eropa.

"Pasar minyak sejauh ini berhasil mengabaikan kondisi penguncian yang sedang berlangsung dan ketat yang bertahan di sebagian besar Eropa. Namun, risiko penguncian baru di Asia akan sangat sulit untuk diabaikan oleh pasar minyak," katanya.

Adapun, struktur pasar minyak mentah tetap kokoh sebenarnya sepanjang pekan kemarin, dengan penyebaran waktu penting untuk perdagangan minyak mentah West Texas Intermediate dan Brent dalam struktur yang menunjukkan ketatnya pasokan.

Kontrak terdekat untuk WTI berjangka diperdagangkan dengan harga premium ke bulan berikutnya, dengan laporan Administrasi Informasi Energi menunjukkan stok di pusat penyimpanan terbesar negara di Cushing, Oklahoma, turun terbesar sejak Mei. Rentang waktu terdekat Brent juga diperdagangkan dalam apa yang disebut struktur mundur.

Chief Executive Officer Trafigura Group Jeremy Weir mengatakan kepada Bloomberg Television bahwa harga minyak akan naik karena pengurangan produksi OPEC dan dorongan permintaan dari rebound ekonomi global.

Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc. mengatakan dalam sebuah catatan bahwa langkah awal pemerintahan Biden, termasuk fokus pada pengeluaran fiskal dan kemungkinan penundaan pencabutan sanksi terhadap Iran, akan menjadi bullish untuk harga minyak.

Di sisi lain, kilang memproses minyak mentah paling banyak pada pekan ke-2 Januari lalu sejak Maret, ketika permintaan bahan bakar melemah di awal pandemi.

Memproses satu barel minyak mentah menjadi lebih menguntungkan dalam beberapa bulan terakhir, dengan margin penyulingan gabungan untuk bensin dan solar di atas US$13 per barel setelah berjuang untuk menahan di atas US$10 per barel selama musim panas dan musim gugur 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper