Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fase Bulan Madu Kepemimpinan Biden, Rupiah Berpotensi Tembus Rp13.900

Pelantikan Joe Biden sebagai Presiden baru AS kemungkinan masih akan menjadi sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
Karyawati menunjukan mata uang Rupiah dan Dollar Ameika Serikat di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan mata uang Rupiah dan Dollar Ameika Serikat di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatannya ke level Rp13.900 pada perdagangan Jumat (22/1/2021) seiring dengan masih adanya euforia pasar terhadap pelantikan Presiden AS Joe Biden.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (21/1/2021), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 35 poin atau 0,25 persen ke level Rp14.000.

Nilai rupiah memimpin penguatan di tengah tren positif yang terjadi di Asia. Menyusul dibelakang rupiah adalah ringgit Malaysia sebesar 0,21 persen, disusul won Korea yang juga naik 0,17 persen. Adapun, indeks dolar ditutup melemah 0,19 persen ke level 90,306.

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan pergerakan nilai tukar pada Jumat besok salah satunya akan dipengaruhi oleh perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang kembali dilakukan oleh pemerintah hingga 8 Februari 2021.

Selain itu, pasar juga masih mencerna keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan.

Dari luar negeri, pelantikan Joe Biden sebagai Presiden baru AS kemungkinan masih akan menjadi sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan rupiah.

"Periode bulan madu dari sentimen Pelantikan Joe Biden masih akan berlanjut dan dipredikisi akan memperkuat nilai tukar rupiah," katanya saat dihubungi pada Kamis (21/1/2021).

Yusuf memperkirakan, nilai rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.950 hingga Rp14.000 pada perdagangan besok.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut. Pasalnya, nilai rupiah saat ini dinilai masih undervalue.

Ia menuturkan, prospek penguatan rupiah ditopang oleh defisit neraca yang rendah, daya tarik pasar keuangan domestik yang tinggi, premi risiko menurun, serta tingkat likuiditas global yang besar.

"Kebijakan BI dalam menjaga stabilitas rupiah akan kami terus perkuat," katanya dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan BI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper