Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbitan MTN Diprediksi Marak Tahun Ini, Apa Menariknya?

MTN menjadi pilihan karena di tengah pasar yang masih dibayangi ketidakpastian, surat utang jangka pendek cenderung bakal lebih digemari pasar.
Pegawai Bank BNI Syariah menunjukan uang rupiah di kantor cabang di Jakarta, Senin (2/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Pegawai Bank BNI Syariah menunjukan uang rupiah di kantor cabang di Jakarta, Senin (2/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Penerbitan surat utang berjenis medium term notes (MTN) diproyeksi akan marak tahun ini. Apa yang membuatnya menarik baik bagi penerbit maupun investor?

Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) 18 Januari 2021, dari total mandat yang dikantongi, rencana emisi melalui MTN mencapai Rp8,12 triliun.

Jumlah ini merupakan kedua terbesar, setelah rencana emisi melalui skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) di posisi pertama dengan nilai Rp9,5 triliun. Adapun total mandat yang dikantongi Pefindo sebesar Rp32,2 triliun yang terdiri atas 27 perusahaan.

Sebagai perbandingan, sepanjang 2020 realisasi emisi MTN hanya sebesar Rp6,75 triliun, berada di bawah nilai emisi sukuk Rp7,89 triliun, dan obligasi sebanyak Rp80,05 triliun.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menuturkan dalam 1 tahun-2 tahun belakangan penerbitan MTN oleh korporasi memang terbilang sepi, antara lain akibat pandemi yang melanda dan munculnya kebijakan baru dari Otoritas Jasa Keuangan.

Salah satu kebijakan yang dinilai signifikan dalam mengerem penerbitan MTN adalah wajib melaporkan dokumen penerbitan ke OJK dan MTN wajib mendapatkan pemeringkatan atau rating.

“Akhirnya penerbit lebih hati-hati, dengan proses yang tak jauh beda jadi lebih pilih menerbitkan obligasi saja sekalian. Lalu ada pandemi juga jadi banyak yang tahan dulu. Tapi untuk tahun ini mungkin trennya akan berubah ya,” katanya kepada Bisnis, Kamis (21/1/2021)

Untuk tahun ini, tren pemulihan ekonomi dinilai akan memicu korporasi menerbitkan surat utang, apalagi akan banyak perusahaan yang mulai melanjutkan rencana ekspansi atau butuh refinancing.

Fikri menilai, MTN menjadi pilihan karena di tengah pasar yang masih dibayangi ketidakpastian, surat utang jangka pendek cenderung bakal lebih digemari pasar. Tak hanya itu, MTN juga menjadi pembuka jalan untuk penerbitan obligasi dengan tenor lebih panjang.

“MTN kan lebih mudah, laporan keuangannya bisa pakai yang unaudited, prosesnya juga lebih cepat, jadi korporasi bisa cek pasar dulu. Kalau diserap baik, bisa jadi selanjutnya terbitkan obligasi yang lebih besar dan leboh panjang [tenornya],” tutur Fikri.

Lebih lanjut, dia menyebut minat masyarakat terhadap instrumen MTN masih potensial, meski jika dibandingkan dengan surat utang lainnya risikonya memang lebih tinggi. Apalagi di awal tahun ini beberapa MTN sudah mengajukan penundaan pembayaran kupon.

Namun, dari sisi investor bisa jadi kondisi tersebut menguntungkan karena MTN akan menawarkan potensi imbal hasil yang cukup kompetitif. Selain itu, pencairan MTN juga cenderung jauh lebih cepat dibanding obligasi.

“Kembali ke investor, apakah bersedia dengan risk appetite lebih tinggi tentu dengan imbalan yield lebih baik, tapi yang utama kami tetap sarankan untuk melihat ratingnya dulu,” kata Fikri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper