Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelapa Sawit Malaysia Terpukul Banjir dan Kekurangan Tenaga Kerja

Hujan lebat dan badai petir yang tiada henti telah menyebabkan banjir bandang di beberapa bagian Sabah, Sarawak, Johor, Pahang dan Perak, negara bagian penghasil minyak sawit terbesar di negara itu.
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi minyak sawit di Malaysia tengah menghadapi pukulan ganda dari kekurangan pekerja dan hujan lebat yang telah memicu banjir di wilayah-wilayah utama pemasok terbesar kedua di dunia itu.

Hujan lebat dan badai petir yang tiada henti telah menyebabkan banjir bandang di beberapa bagian Sabah, Sarawak, Johor, Pahang dan Perak, negara bagian penghasil minyak sawit terbesar di negara itu.

Meskipun pohon kelapa sawit biasanya menyukai air dan tahan terhadap cuaca basah, banjir yang berkepanjangan dapat mencegah panen, menyebabkan buah menjadi terlalu matang dan kualitas minyak memburuk dan mengganggu pengangkutan buah ke pabrik.

Masalah itu diperprarah dengan penerapan kembali pembatasan di Malaysia mulai 13 Januari dan keadaan darurat yang mungkin berlangsung hingga Agustus. Pembatasan itu memperumit perekrutan tenaga kerja asing yang sangat dibutuhkan oleh industri kelapa sawit.

"Beberapa negara bagian termasuk daerah perkebunan kelapa sawit yang luas telah terpengaruh di Johor, Pahang dan Perak. Di sini kehilangan hasil panen tidak dapat dihindari karena banyak bagian ladang telah berada di bawah 2-3 kaki air selama dua hingga tiga minggu, "kata Carl Bek-Nielsen, direktur eksekutif United Plantations Bhd, dilansir Bloomberg, Rabu (20/1/2021).

Di Sarawak, negara bagian penghasil kelapa sawit terbesar kedua di Malaysia, penurunan hasil panen mungkin lebih parah dari perkiraan semula 15 persen hingga 20 persen selama dua bulan ke depan. Andrew Cheng, CEO Asosiasi Pemilik Perkebunan Kelapa Sawit Sarawak mengatakan hal itu karena kekurangan pekerja yang akut menambah masalah produksi yang disebabkan oleh banjir.

"Saya yakin banyak perkebunan kelapa sawit di daerah dataran rendah Sarawak akan terpengaruh, terutama dengan masuknya King Tide,” kata Cheng, mengacu pada air pasang yang sangat tinggi, yang dapat menyebabkan banjir berkepanjangan.

Sime Darby Plantation Bhd., penanam kelapa sawit terbesar di dunia berdasarkan luas area, mengatakan sekitar 3 persen dari operasi hulu Malaysia terkena dampak banjir dan penutupan jalan. Negara-negara bagian yang terkena dampak adalah Sabah dan Sarawak, yang bersama-sama membentuk 45 persen dari total produksi negara, serta Johor, Pahang, Perak, Kedah dan Negeri Sembilan.

Bek-Nielsen mengatakan kekurangan pekerja minyak sawit Malaysia telah menjadi "jauh lebih buruk dibandingkan dengan enam bulan lalu. Kendala itu kemungkinan bertanggung jawab atas hingga 90 persen dari 3,6 juta ton tandan kelapa sawit yang hilang tahun lalu.

"Kami berada pada titik puncak yang akan mengakibatkan hilangnya panen yang cukup besar pada 2021," kata Bek-Nielsen.

Meskipun produksi kelapa sawit kuartal pertama tidak akan jauh lebih rendah dari kuartal lalu, dampak dari kekurangan tenaga kerja yang akut akan benar-benar mulai mengganggu dan berdampak pada produksi dari April hingga Oktober. Penurunan produksi tahun ini diperkriakan akan menjadi 18,6 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper