Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bila BUMN Pelabuhan Merger, Bagaimana Nasib IPCM dan IPCC?

Kementerian BUMN mengkaji konsolidasi operator pelabuhan pelat merah. Dua anak usaha Pelindo II di lantai bursa turut memberikan pandangan terhadap rencana tersebut.
Petugas beraktivitas di New Priok Container Terminal (NPCT), Kali Baru, Cilincing, Jakarta, Senin (5/2). PT Pelabuhan Indonesia II atau IPC untuk kinerja tahun 2018 menargetkan pendapatan usaha naik 11.02%./ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Petugas beraktivitas di New Priok Container Terminal (NPCT), Kali Baru, Cilincing, Jakarta, Senin (5/2). PT Pelabuhan Indonesia II atau IPC untuk kinerja tahun 2018 menargetkan pendapatan usaha naik 11.02%./ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Dua anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC yang melantai di bursa ketiban durian runtuh terkait isu merger BUMN Pelabuhan.

PT Jasa Armada Indonesia Tbk. (IPCM) ditutup di zona hijau naik 19,32 persen ke level 420, sementara PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC) terkena auto reject atas (ARA) di perdagangan sesi pertama dengan melonjak hingga 25 persen ke level 675.

Direktur Utama IPCM Amri Yusuf menuturkan informasi mengenai rencana merger Pelindo I hingga IV belum utuh dan komprehensif. Informasi yang diterimanya baru sebatas pembicaraan informal dan berdasarkan pemberitaan media.

Dia juga enggan menanggapi lebih jauh mengenai rencana aksi korporasi induk perusahaannya terlalu jauh. Pasalnya, informasinya hanya diketahui kalangan terbatas dan idenya masih dalam proses pematangan. Kendati demikian, pihaknya tetap bersiap dengan rencana holding BUMN tersebut yang rencananya akan menjadikan induk usahanya yakni IPC menjadi induk holding.

"Apapun rencana yang akan diputuskan oleh IPC selaku holding dan Kementerian BUMN sebagai ultimate shareholders, IPCM akan mempersiapkan diri sebaik mungkin agar bisa menjadi salah satu champion, antara lain menyiapkan skenario dan business plan pasca merger," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (20/1/2021).

Selain menyiapkan skenario dan rencana bisnis pasca merger, pihaknya juga berupaya meningkatkan kapasitas organisasi dan meningkatkan kualitas SDM. Perseroan juga melakukan penguatan sistem dan pengelolaan serta terus memperkuat fundamental dan kinerja korporasi.

Emiten bersandi IPCM tersebut bergerak di sektor jasa pandu dan tunda kapal tersebut sebenarnya tidak hanya sendiri, beberapa anak usaha Pelindo I, III, dan IV pun bergerak di jenis bisnis yang sama.

Jika skenario merger menjadikan IPC sebagai induk usaha, bukan tidak mungkin IPCM pun dapat mengakuisisi atau merger dengan anak usaha atau divisi kapal dari Pelindo III ada PT Pelindo Marine Services dan unit usaha Pelindo I dan Pelindo IV.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2020 yang dipublikasikan Selasa (27/10/2020), Jasa Armada Indonesia membukukan pendapatan Rp510,15 miliar per 30 September 2020. Pencapaian itu naik 3,76 persen secara year on year (yoy) dari Rp491,68 miliar periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan perseroan dari bisnis jasa pelayanan penundaan kapal naik 2,35 persen secara tahunan menjadi Rp448,48 miliar pada kuartal III/2020. Adapun, pendapatan dari jasa pelayanan pemanduan naik 76,02 persen yoy menjadi Rp17,76 miliar per 30 September 2020.

Secara terpisah, Investor Relations Indonesia Kendaraan Terminal Reza Priyambada menuturkan secara prinsip perseroan mengikuti arahan dari induk usahanya dan IPC menanti arahan dari pemegang saham utama, Kementerian BUMN.

Dia menerangkan setelah merger akan ada entitas baru dengan nama baru yang berisi keempat BUMN Pelabuhan. Setelah ada entitas baru itu, nantinya ada kluster divisi di bawah entitas baru ini berdasarkan jenis usahanya, seperti peti kemas, klaster non peti kemas, dan perlengkapan.

"Kalau dari skema tersebut dilihat dari aksi korporasinya, nantinya itu unit-unit kerja atau anak-anak usaha yang kebetulan satu bidang itu nanti akan ada di bawah kluster yang sama tersebut," katanya kepada Bisnis.

Namun, dia belum dapat menegaskan ketika disatukan dalam kluster yang sama apakah akan terjadi merger menjadi entitas tersendiri atau tetap terpisah. Skema yang diketahuinya baru akan ada kluster dari hasil penggabungan.

"IPCC ini kargonya spesifik hanya kendaraan, jadi karena IPCC bergerak di bidang kendaraan, masuk logistik atau non petikemas, kalau Pelindo IV ada unit kerja yang sama ya unit kerja akan digabungkan subdivisinya IPCC," katanya.

Dengan demikian, emiten berkode IPCC ini dapat meningkatkan skala ekonomi sekaligus pasar kelolaannya yang selama ini hanya berfokus pada sisi pengirim karena basis produksi kendaraan ada di Pulau Jawa.

"Kalau terjadi nantinya unit kerja yang memiliki bidang usaha di terminal kendaraan berada di bawah IPCC maka wilayah operasional akan semakin luas dan besar, dan kami tidak perlu lagi ada kerja sama dengan pelabuhan lain, karena sudah jadi satu," urainya.

Berdasarkan kinerja keuangan kuartal III/2020, IPCC mengalami penurunan kinerja pendapatan dan laba. Pendapatan operasi perusahaan tercatat sebesar Rp359,52 miliar turun 6,33 persen dari kuartal III tahun lalu Rp383,8 miliar. Sedangkan dari sisi laba tahun berjalan juga mengalami tekanan lebih dalam, turun 24,06 persen dari Rp146,64 miliar menjadi Rp111,36 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper