Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Anjlok 1 Persen Lebih, Saham ANTM, BUMI, hingga Farmasi Lanjut ARB

Pada pukul 15.00 WIB atau akhir sesi II, IHSG ditutup koreksi 1,06 persen atau 67,98 poin menjadi 6.321,86. Sepanjang hari ini, IHSG bergerak di rentang 6.288,98-6.434,84.
Karyawan beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (30/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (30/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah seiring dengan anjloknya sejumlah saham yang menyentuh batas bawah atau auto reject bawah sekitar 7 persen.

Pada pukul 15.00 WIB atau akhir sesi II, IHSG ditutup koreksi 1,06 persen atau 67,98 poin menjadi 6.321,86. Sepanjang hari ini, IHSG bergerak di rentang 6.288,98-6.434,84.

Sejumlah saham kembali mengalami auto reject bawah (ARB). Saham pertambangan seperti BUMI, ANTM, dan TINS masing-masing turun 6,92 persen, 6,87 persen, 6,88 persen.

Saham-saham terkait farmasi seperti KAEF dan INAF sama-sama anjlok 6,92 persen, sedangkan saham IRRA ambrol 6,81 persen. Saham perbankan kelas menengah juga mengalami ARB seperti BJTM, BEKS, BBKP, AGRO, BMAS, MCOR, dan BRIS.

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menjelaskan secara teknikal pergerakan IHSG menunjukkan dead cross pada indikator stochastic yang berada pada area overbought.

“Mengindikasikan potensi untuk melanjutkan koreksi,” tulis Dennies dalam riset harian, Selasa (19/1/2021).

Adapun, fokus investor pada hari ini akan mengarah ke hasil keputusan suku bunga dan Bank Sentral China (PBoC).

Kemarin, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 16,42 poin atau 0,26 persen ke level 6.389,43 pada akhir perdagangan. Kendati menguat, 25 saham mengalami ARB.

Sejumlah saham yang mengalami ARB kemarin seperti BRIS, AGRO, BBKP, POLA, ANTM, INCO, TINS, FIRE, FPNI, ISAT, INKP, IMAS, BJTM, KAEF, SAME, TSPC, IRRA, INAF, PEHA, PYFA, BIRD, TKIM, NIKL, BWPT, dan ELSA.

Pengamat Pasar Modal MNC Asset Manajemen Edwin Sebayang menyampaikan banyaknya ARB secara umum karena batasannya masih hanya 7 persen. Oleh karena itu, pergerakan saham kian terbatas.

Sebagai informasi, BEI mengeluarkan sejumlah kebijakan selama pandemi Covid-19. Salah satunya aturan ARB yang diubah menjadi 7 persen terhitung mulai perdagangan 13 Maret 2020 dari sebelumnya ARB sebesar 10 persen.

Adapun, kebijakan ARB sebesar 10 persen diberlakukan mulai 10 Maret 2020. Kebijakan tersebut merupakan auto reject asimetris, dimana harga tetap dapat meningkat 20 persen-35 persen.

"Secara umum ARB banyak karena masih adanya pembatasan 7 persen," paparnya kepada Bisnis.com, Senin (18/1/2021).

Berdasarkan catatan Bisnis.com, dalam kebijakan auto rejection simetris yang sebelumnya berlaku, batas atas dan batas bawah memiliki besaran yang sama di setiap fraksi harga.

Perinciannya, kelompok harga saham di rentang Rp50-Rp200 memiliki batas atas dan batas bawah 35 persen, rentang harga Rp200-Rp5.000 berbatas atas dan berbatas bawah 25 persen, dan rentang harga di atas Rp5.000 memiliki batas atas dan batas bawah sebesar 20 persen.

Dari sisi fundamental, sambung Edwin, saham farmasi seperti KAEF, INAF, IRRA, dan bank buku2-3 seperti AGRO dan BRIS memiliki valuasi yang sangat mahal.

Dia mencontohkan price to earning (PER) KAEF yang mencapai 632,7 kali, INAF -695,6 kali, dan IRRA 397,4 kali. Adapun, price to book value (PBV) AGRO 7,19 kali dan BRIS 6,73 kali.  Valuasi itu jauh di atas PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan PBV hanya 4,79 kali.

"Saham-saham ini perlu hati-hati nyangkut. Terutama farmasi ada potensi turun lagi," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper