Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meroket 484 Persen Sejak IPO, Saham Emiten Anyar Ini (DCII) Digembok Bursa

Sejak IPO, saham PT DCI Indonesia Tbk. konsisten mencetak kenaikan harga di atas 20 persen. Bahkan, saham DCII dua kali terkena auto reject atas (ARA).
PT DCI Indonesia./ Istimewa
PT DCI Indonesia./ Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan penghentian sementara atau suspensi perdagangan saham PT DCI Indonesia Tbk. mulai hari ini, Selasa (19/1/2021).

Berdasarkan pengumuman BEI, saham DCII disuspensi karena engalami lonjakan harga yang signifikan. Untuk itu, suspeni diterapkan dalam rangka cooling down.

Penghentian sementara perdagangan saham berkode DCII dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai agar investor memiliki waktu yang memadai dalam mempertimbangkan keputusan investasi di saham emien data center tersebut.

"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan," tulis BEI dalam pengumuman yang dikutip Bisnis, Selasa (19/1/2021).

Untuk diketahui, harga saham DCII ditutup di level 3.070 pada perdagangan kemarin, Senin (18/1/2021). Harga penutupan tersebut naik 24,80 persen.

DCII mencatatkan sahamnya pada 6 Januari 2021. Di hari pertama, saham DCII langsung terkena auto reject atas setelah naik 25 persen ke level 525.

Sejak IPO, harga saham DCII konsisten mencetak pertumbuhan di atas 20 persen. Secara kumulatif, saham DCII sudah naik 484 persen sejak IPO.

SaatIPO, DCII melepas saham ke publik sebanyak 357.561.900 saham baru atau setara dengan 15 persen dari modal disetor dan ditempatkan dengan harga penawaran sebesar 420 per saham. Perseroan meraup dana segar Rp357,56 miliar dari aksi tersebut.

CEO DCI Indonesia Toto Sugiri menjelaskan langkah perusahaan go public merupakan bagian dari strategi untuk melanjutkan kinerja perusahaan hingga tahun lalu sudah positif.

Toto optimistis dengan prospek bisnis data center yang digeluti perseroan di tengah pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sedang melesat. Dia menyebut, pasar data center ini diperkirakan memiliki total kapasitas 72,5 MW sampai akhir tahun 2020 dan menurut proyeksi Structure Research akan terus bertumbuh dengan CAGR sebesar 22,3 persen selama lima tahun ke depan.

“Bahkan hingga hari ini, kami terus merasakan permintaan pasar yang kuat dari pelanggan lokal maupun pelaku bisnis global yang ingin memasuki pasar Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (6/1/2021)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper