Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Marak Investor Saham Beli Pakai Utang, Pengamat: Dimanfaatkan Juru Pompom

Baru-baru ini ramai di media sosial mengenai investor-investor yang terjebak dalam permainan saham dan akhirnya menderita kerugian.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Tren pompom saham yang belakangan mencuat terutama di dunia maya dinilai menjadi salah satu penyebab maraknya investor yang melakukan trading saham dengan berbagai cara, termasuk berutang.

Seperti diketahui, baru-baru ini ramai di media sosial mengenai investor-investor yang terjebak dalam permainan saham dan akhirnya menderita kerugian.

Salah satunya seperti diunggah oleh akun Twitter @desmondwira, yang mana salah satu pengikutnya mengaku membeli 500 lot saham ANTM dengan uang hasil pinjaman online (pinjol) senilai Rp170 juta.

Masih dalam unggahan yang sama, pengikut lainnya menyatakan dananya “nyangkut” di saham IRRA padahal dia telah menggadaikan tanah dan BKPB mobilnya untuk membeli saham tersebut.

Ada pula yang mengaku telah menggunakan dana yang bukan miliknya, melainkan uang arisan dan uang titipan PKK, untuk membeli saham KAEF dan kini kondisi portofolio miliknya menderita kerugian 25 persen.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menyayangkan kejadian ini. Menurutnya, minat masyarakat terhadap pasar saham yang kini semakin meningkat seharusnya merupakan hal yang baik, asalkan dibarengi dengan pengetahuan yang cukup.

Sayangnya, fenomena yang terjadi belakangan ini berkebalikan dengan hal tersebut. Dia menilai belakangan ini banyak orang yang secara mentah-mentah masuk ke pasar saham hanya karena tergoda oleh cerita-cerita di dunia maya.

Budi menyebut tren pompom saham yang dilakukan sejumlah “influencer” melalui platform media sosial juga memperparah hal ini sebab mereka memberikan rekomendasi saham-saham tertentu tanpa menjelaskan dasar-dasarnya.

Menurutnya, mayoritas pengikut akun media sosial para tokoh pesohor yang awam mengenai pasar sahama tentu tergiur ketika mendengar potensi keuntungan yang diceritakan dan langsung memercayai rekomendasi tersebut tanpa mempelajarinya lebih lanjut.

"Mereka tidak sadar saham-saham yang direkomendasikan itu saham-saham yang sudah mahal dan yang merekomendasikan itu tentu punya kepentingan, punya motif,” tutur dia ketika dihubungi Bisnis, Senin (18/1/2021)

Ilustrasi sederhana, tutur Budi, seorang influencer memiliki sekian lot saham A, kemudian dia memberikan rekomendasi kepada para pengikutnya sehingga saham tersebut menjadi incaran banyak orang dan secara otomatis harganya naik, sehingga si pemberi rekomendasi dapat melepas miliknya di harga yang tinggi.

Budi menekankan investor harus bisa kritis terhadap para pompom tersebut agar tidak sekadar dimanfaatkan oleh para influencer ini untuk kepentingan mereka sendiri.

“Coba tanya posisi dia bagaimana? Punya apa tidak? Punya berapa banyak dan di harga rata-rata berapa? Karena para pompom ini banyak membeli lebih dulu, lalu provokasi orang untuk beli supaya dia bisa keluar dan punya keuntungan. Lalu dia kembali posting, saya untung sekian,” ujar dia.

Lebih lanjut, Budi mengatakan otoritas Bursa memang tak perlu sampai memberikan larangan bagi para pemberi rekomendasi ini. Namun, otoritas dapat mendesak transparansi si pemberi rekomendasi ini untuk turut menginformasikan posisinya atas saham tersebut.

“Wajibkan disclose, saat dia merekomendasikan saham ini bagaimana? Karena pompom ini benar-benar memanfaatkan kebodohan investor ritel yang dananya terbatas, pengetahuannya terbatas, tidak mau belajar dan tidak cari tahu lebih dalam,” tutur Budi.

Dia mengapresiasi bahwa pada dasarnya otoritas Bursa telah banyak menyediakan berbagai kanal edukasi mengenai pasar modal. Sayangnya, Budi menilai belum semuanya terserap secara maksimal oleh masyarakat, terutama oleh para investor dadakan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper