Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Nantikan Stimulus US$1,9 Triliun dari Biden, Wall Street Dibuka Lesu

Tiga indeks Wall Street kompak menunjukkan pelemahan pada pembukaan perdagangan, Jumat (15/1/2021) waktu setempat.
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS./Bloomberg
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Wall Street dibuka melemah pada Jumat (15/1/2021), seiring dengan wait and see investor terhadap rencana stimulus pandemi Covid-19 yang diusulkan Joe Biden.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 128,81 poin atau 0,42 persen ke posisi 30.862,71. Sementara itu, Indeks S&P 500 melemah 9,16 poin atau 0,24 persen ke 3.786,38 dan indeks Nasdaq turun 12,74 poin atau 0,12 persen menjadi 13.112,64.

Sebanyak 9 dari 11 sektor utama S&P 500 turun, dipimpin oleh sektor energi yang melemah 2,9 persen. Sebaliknya, sektor layanan komunikasi menguat 0,27 persen, menjadi sektor dengan performa terbaik dalam pembukaan perdagangan.

Adapun Biden mengusulkan stimulus bantuan pandemi Covid-19 sebesar US$1,9 triliun pada Kamis (14/1) waktu setempat. Angka ini mencakup pembayaran langsung kepada individu, bantuan untuk pemerintah negara bagian dan lokal, peningkatan tunjangan bagi pengangguran, serta penambahan dana untuk uji klinis dan distribusi vaksin.

Nilai bantuan yang diberikan kepada masyarakat diusulkan mencapai US$2.000, terdiri atas pembayaran langsung US$1.400 per orang untuk keluarga yang bekerja, ditambah dengan US$600 yang sudah disetujui dalam paket bantuan senilai US$900 miliar sebelumnya.

"Kita seperti berada di tengah-tengah kekelaman karena pandemi ini ketika jumlah kasus, jumlah yang dirawat inap, dan jumlah kematian yang melonjak hingga pada tingkat rekor, ada rasa sakit nyata yang membebani perekonomian," paparnya dalam pidatonya di Wilmington, Delaware.

Sentimen lain yang berpengaruh adalah indikator ekonomi setelah penjualan ritel AS menyusut hingga 0,7 persen pada Desember 2020. Data November 2020 pun direvisi menjadi turun 1,4 persen, bukan lagi 1,1 persen seperti yang dilaporkan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper