Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Tertekan, Saham Sawit Grup Salim dan Sinarmas Masih Moncer Aja

Indeks JAK Agri mampu parkir di zona hijau setelah menguat 0,19 persen di sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (6/1/2021). Saham sawit Grup Salim dan Grup Sinarmas menyelematkan indeks JAK Agri dari koreksi.
Lahan Sawit. /PTPN V
Lahan Sawit. /PTPN V

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah di sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (6/1/2020). Indeks saham perkebunan di sisi lain masih hijau, ditopang emiten Grup Salim dan Grup Sinarmas.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 48,96 poin atau 0,80 persen ke posisi 6.088,37 pada sesi pertama. Indeks sempat menguat di awal pembukaan sebelum tersungkur ke zona merah satu jam selepas perdagangan dibuka. Sepanjang sesi pertama, IHSG bergerak di rentang 6.085,16 hingga 6.166,62.

Sebanyak 186 saham menguat, 254 saham melemah, dan 178 saham stagnan dibandingkan posisi perdagangan kemarin. Hampir seluruh sektor melemah kecuali sektor perkebunan yang mampu menguat 0,19 persen.

Saham mayoritas saham perkebunan sebetulnya terkoreksi. Namun indeks JAK Agri mampu parkir di zona hijau berkat tiga saham yang punya bobot besar terhadap indeks.

Penguatan indeks JAK Agri ditopang saham PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk, PT Salim Ivomas Pratama Tbk, dan PT Provident Agro Tbk. 

Saham SMAR naik 1,3 persen ke level 3.900 sedangkan saham SIMP naik 1,84 persen ke level 442. Begitu juga dengan saham PALM, menguat 3,33 persen ke posisi 372.

Di luar itu, emiten baru PT FAP Agri Tbk. melanjutkan tren positif setelah menguat 3,48 persen di posisi 2.970. Emiten debutan ini mencetak kenaikan harga berturut-turut sejak IPO pada 4 Januari 2020 lalu. Saat itu, harga IPO FAP Agri mencapai 1.840 sehingga harga penutupan di sesi pertama mencerminkan kenaikan 61,4 persen.

Saham CPO dalam dua sesi terakhir berada di atas angin karena tersulut sentimen kenaikan harga minyak sawit dunia. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 12.14 WIB, kontrak CPO paling aktif di Bursa Malaysia naik 1,73 persen ke level 3.820 ringgit per ton.  Sejak awal tahun, harga sudah naik 10,61 persen sedangkan dalam enam bulan terakhir naik 60 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper