Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Punya Liabilitas Jangka Pendek Rp8 T, VIVA Komitmen Restrukturisasi

Direktur Visi Media Asia Sahid Mahudie mengatakan VIVA akan restrukturisasi fasilitas utang yang ada melalui pembiayaan kembali dalam mata uang lokal untuk menurunkan risiko fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Direktur Visi Media Asia Sahid Mahudie dalam Paparan Publik VIVA, Rabu (30/12/2020).
Direktur Visi Media Asia Sahid Mahudie dalam Paparan Publik VIVA, Rabu (30/12/2020).

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten media milik Grup Bakrie PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) berkomitmen melakukan restrukturisasi utang melalui berbagai alternatif.

Direktur Visi Media Asia Sahid Mahudie mengatakan VIVA akan restrukturisasi fasilitas utang yang ada melalui pembiayaan kembali dalam mata uang lokal untuk menurunkan risiko fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Pun, perseroan berencana untuk mendapatkan tambahan fasilitas kredit modal kerja Menurutnya, fasilitas utang dari bank lokal memiliki tenor pinjaman yang lebih panjang serta bunga yang lebih kompetitif.

“Kita akan terus mencari alternatif-alternatif untuk menyelesaikan atau deleveraging utang,” katanya, Rabu (30/12/2020).

Per September 2020, liabilitas jangka pendek VIVA mencapai Rp8,03 triliun, naik dari akhir 2019 sebesar Rp7,11 triliun. Adapun, liabilitas jangka panjang Rp415,21 miliar, sehingga total liabilitas mencapai Rp8,44 triliun.

Sahid Mahudie mengatakan bahwa secara industri bisnis media turut mengalami tekanan sepanjang tahun ini akibat pelemahan ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19. Akan tetapi, dia optimistis kondisi tersebut akan berbalik pada 2021 nanti seiring dengan perkembangan ekonomi.

“VIVA Group tahun ini memang turun, baik itu ANTV [MDIA] dan VIVA, jelas akibat terdampak pandemi,” katanya.

Sahid mengutip laporan Media Partners Asia (MPA) per Juni 2020 yang memperkirakan anggaran belanja iklan di media di Indonesia sepanjang 2020 mengalami penyusutan hingga 15,2 persen dibandingkan 2019 lalu.

Adapun, data yang sama mengatakan belanja iklan di media akan tumbuh pesat, yakni sekitar 7,5 persen pada 2021 mendatang. Sebagai perbandingan, pada 2019 lalu belanja iklan di media mencetak pertumbuhan 4,5 persen year on year.

“MPA menargetkan industri akan tumbuh sekitar 7,5 persen, jadi kita harus di atas itu. Paling kita akan tumbuh dobel digit,” ujar Sahid.

Di sisi lain, VIVA bersiap melakukan diversifikasi bisnis, seiring dengan implementasi pasal terkait bisnis penyiaran yang ada dalam Undang-undang Cipta Kerja, salah satunya yang memperbolehkan unit usaha penyiaran merambah ke bidang usaha lain.

Direktur Visi Media Asia Neil R. Tobing menuturkan, dengan aturan baru tersebut perseroan bisa melakukan hal-hal lain yang berhubungan dengan penyiaran seperti manajemen acara (event management), promosi daring dan luring, termasuk menjadi rumah produksi.

“Artinya VIVA dapat melakukan diversifikasi usaha yang selanjutnya akan memberikan revenue tambahan selain penyiaran. Jadi ke depan kami akan memperkuat revenue stream melalui kegiatan-kegiatan lain seperti video on demand, IBB TV, IPTV, dan sebagainya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper