Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikuti Tren Mata Uang Asia, Rupiah Ditutup Menguat Tipis

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di level Rp14.200 per dolar AS, menguat 0,035 persen atau 5 poin dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup pada posisi menguat tipis pada penutupan perdagangan pekan ini Rabu (23/12/2020), mengikuti tren yang terjadi di pasar Asia.

Berdasarkan data Bloomberg Rabu (23/12/2020), nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau berada di posisi Rp14.200 per dolar AS, menguat 0,035 persen atau 5 poin dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama melemah 0,24 persen ke posisi 90,43 hingga pukul 15.17 WIB. 

Namun demikian, pada perdagangan sebelumnya, Selasa (22/12/2020), mata uang garuda di pasar spot ditutup melemah 0,53 persen atau 75 poin ke level Rp14.205 per dolar AS sedang indeks dolar AS terpantau menguat 0,19 persen ke level 90,211.

Tren penguatan tipis rupiah nyatanya memang terjadi pada mayoritas mata uang utama Asia pada penutupan perdagangan pekan ini.

Hingga pukul 15.17 WIB, mayoritas mata uang Asia terapresiasi atas dolar AS dipimpin oleh mata uang yen Jepang dengan menguat 0,19 persen. Penguatan yen Jepang juga disusul oleh dolar Singapura yang menguat 0,18 persen.  

Sebagai contoh, indeks keyakinan konsumen dan penjualan barang-barang ritel di bulan November masih lemah, sejalan dengan ground check yang tim riset Mirae Asset Sekuritas lakukan pada pertengahan bulan November.

“Dalam ground check tersebut, kami mendapati bahwa kepercayaan diri dan daya beli dari masyarakat kelas menengah-atas relatif kuat, sementara untuk masyarakat kelas menengah-bawah relatif lemah,” sambungnya.

Seluruh data ekonomi yang sudah dirilis sejauh ini untuk periode kuartal kuartal keempat 2020 telah membuat sekuritas percaya bahwa kontraksi ekonomi pada kuartal ini akan mencapai 1,75 persen secara tahunan, lebih dalam dari konsensus yakni sebesar 1,2 persen secara tahunan.

Sebagai informasi, BI memutuskan untuk mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 3,75 persen, sesuai dengan proyeksi dari konsensus dan sekuritas.

Terlepas dari keputusannya untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan, BI terus meningkatkan kepemilikannya atas obligasi pemerintah sebagai bagian dari usahanya untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pengesahan paket stimulus AS senilai US$892 miliar serta anggaran reguler US$1,4 triliun akan membuat dolar menguat. 

Selain itu, munculnya mutasi baru virus corona yang ditemukan di Inggris membuat beberapa negara seperti Kanada dan Hong Kong memberlakukan larangan perjalanan ke Inggris. 

Di sisi lain, Inggris juga berpacu untuk mencapai kesepakatan perdagangan pasca-Brexit dengan Uni Eropa (UE), sebelum masa pengecualian dari tarif berakhir pada 31 Desember.

Ibrahim mengatakan rupiah ditutup melemah tipis pada hari ini dikarenakan reshuffle Menteri yang sesuai dengan keinginan pasar.

“Sedangkan untuk perdagangan besok pagi, mata uang rupiah kemungkinan dibuka melemah di level Rp.14.180 - Rp.14.220,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper