Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Likuiditas Tinggi, Manajer Investasi Ogah Lepas SBN

Kinerja pasar obligasi terpantau menguat pada pertengahan tahun ini disebabkan oleh dominasi investor domestik terlebihnya institusi perbankan yang memiliki likuiditas yang baik
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Kendati potensi penguatan imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) diproyeksikan masih tertahan hingga awal tahun depan, para manajer investasi (MI) masih melihat obligasi pemerintah sebagai instrumen yang cukup aman karena likuiditasnya yang tinggi.

Dengan demikian, banyak manajer investasi masih memilih untuk mempertahankan porsi mayoritas kepemilikan SBN dalam produk reksa dana pendapatan tetapnya.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan kinerja pasar obligasi Indonesia sebelum pandemi memang cukup baik.

“Sebenarnya ketidakpastian pasar kita maupun global yang tinggi pada masa pandemi yang membuat banyak (investor) keluar dari pasar surat berharga negara,” ungkapnya kepada Bisnis,  Selasa (22/12/2020).

Ramdhan menambahkan, kinerja pasar obligasi terpantau menguat pada pertengahan tahun ini disebabkan oleh dominasi investor domestik terlebihnya institusi perbankan yang memiliki likuiditas yang baik. Dia melihat arus dana asing pun sudah mulai masuk ke pasar obligasi Indonesia, meski belum cukup signifikan.

Menurut Ramdhan,  investor  asing memang cukup nyaman menempatkan uangnya di pasar obligasi Indonesia mengingat imbal hasil obligasi  tinggi dan likuiditas pasar yang cukup baik dibandingkan dengan negara lain.

“Tapi kalau ekonomi kita tumbuh, ada potensi juga perbankan mengurangi porsinya di SBN,” sambungnya.

Disamping itu, tantangan yang akan dihadapi pasar obligasi dalam negeri adalah sentimen kesehatan yang menyebabkan ketidakpastian pasar yang tinggi.

Dia menyimpulkan banyak manajer investasi yang akan mengkombinasikan berbagai produk SBN ke dalam portofolionya termasuk mempertimbangkan likuiditas.

“Market price-nya biasanya lebih riil di pasar yaitu seri benchmark yaitu 10 tahun karena secara jumlah lebih besar dan likuiditasnya lebih tinggi,” sambungnya.

Di sisi lain, Chief Investment Officer KISI Asset Management Susanto Chandra mengatakan pihaknya melihat harga SBN masih tertahan pada akhir tahun ini dikarenakan aksi profit taking menjelang tutup tahun. Hal ini membuat beberapa investor perlu merealisasikan keuntungannya.

“Kami melihat tahun depan apabila pandemi Covid-19 ini dapat ditangani dengan baik dan perekonomian global berangsur pulih, harga SBN masih berpeluang untuk melanjutkan kenaikannya,” sambungnya.

Disebutkannya, tren suku bunga global yang cenderung rendah dapat membuat Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan untuk memberikan katalis terhadap ekonomi dalam negeri.

Dihubungi terpisah, Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan kinerja pasar obligasi Indonesia memang cukup bersinar pada tahun ini.

Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi makro yang melemah, inflasi rendah, suku bunga rendah, dan likuiditas melimpah.

Menurutnya, yield obligasi di Amerika Serikat pun saat ini sudah mengalami koreksi demikian pula di Indonesia. Sehingga kedepannya investor akan memanfaatkan momentum durasi untuk  trading mengingat pasar yang selalu berubah.

“2021 tahun dengan tiga tren; penguatan harga hingga april, kemudian volatility tinggi hingga oktober, dan diakhiri kenaikan yield menjelang akhir tahun,” katanya.

Namun demikian, dia memproyeksikan potensi kenaikan yield reksa dana pendapatan tetap akan terbatas karena hanya mengandalkan kupon dan capital gain sebesar 1 hingga 2 persen dari aktivitas trading.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper