Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelan Tapi Pasti, Harga Emas Bersinar Kembali

Tren suku bunga rendah dan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) yang amat kuat diperkirakan tidak akan berubah dalam waktu dekat. Hal ini akan menjadi faktor penting dalam menopang kenaikan harga emas ke depan.
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US$1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi./Bloomberg
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US$1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melanjutkan tren penguatan seiring dengan paket stimulus Amerika Serikat yang lolos dari lantai DPR Amerika Serikat. Krisis terkait pandemi virus corona yang membayangi distribusi vaksin secara global juga menjadi katalis positif bagi logam mulia. 

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa siang (22/12/2020), harga emas di pasar Spot sempat menguat hingga 0,3 persen ke posisi US$1.883,20 per troy ounce. Sepanjang tahun berjalan, harga logam mulia ini telah melesat 24 persen.

Adapun, sehari sebelumnya, harga emas kembali menembus level US$1.900 di posisi US$1.906,82 per troy ounce, atau level harga tertinggi sejak awal November lalu.

Salah satu faktor penopang pergerakan harga emas adalah disahkannya paket stimulus fiskal AS di lantai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Stimulus tersebut terdiri atas pendanaan khusus pandemi senilai US$900 miliar dan US$1,4 triliun anggaran pemerintah reguler beserta stimulus pajak untuk korporasi.

Di sisi lain, vaksin rancangan Pfizer dan BioNTech SE telah mendapat izin dari Komisi Eropa yang membuka kemungkinan proses vaksinasi dapat dilakukan sebelum tahun 2020 usai. Sementara itu, The Wall Street Journal juga melaporkan hasil menggembirakan dari uji klinis tahap akhir vaksin buatan Sinovac dalam pengujiannya di Brazil.

Kemajuan proses vaksin tersebut dibayangi oleh pandemi virus corona yang kian memburuk dan turut mengerek naik harga emas. Negara di kawasan Eropa, Kanada, dan Hong Kong memberlakukan larangan terbang ke Inggris seiring pemberlakuan lockdown di London dan Inggris Tenggara guna mencegah penyebaran mutasi virus corona.

Analis Pasar Senior Oanda Corp Jeffrey Haley mengatakan, harga emas saat ini tengah menghadapi level resistance di kisaran US$1.900 per ounce. Level tersebut dinilai lebih bersifat psikologis dibanding teknikal.

“Pergerakan yang mendekati rerata 100 hari, di kisaran US$1.903, akan menjadi perkembangan teknikal yang baik untuk harga emas. Hal ini akan membuka jalan emas untuk menguat dan menuju level harga US$1.970 pada masa liburan,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Laporan dari Huatai Futures menyebutkan, tren suku bunga rendah dan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) yang amat kuat diperkirakan tidak akan berubah dalam waktu dekat. Pelaku pasar juga tengah menanti implementasi dari paket stimulus AS di lapangan.

“Dengan optimisme terkait stimulus yang tinggi dan perlambatan outflow pada exchange traded funds (ETF) emas, serta ekspektasi inflasi yang naik, pelaku pasar kembali memandang emas sebagai aset yang menarik,” demikian kutipan laporan tersebut.

Secara terpisah, analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, sentimen stimulus dari AS dan langkah terkait The Fed akan menjadi katalis utama yang menentukan pergerakan harga emas.

Wahyu menjelaskan, isu jangka pendek terkait stimulus fiskal AS dan arah kebijakan ekonomi Presiden terpilih AS, Joe Biden, masih berpotensi menekan harga emas.

Meski demikian kebijakan The Fed yang suportif terhadap emas membuat peluang kenaikan harga dalam jangka menengah dan panjang masih terbuka.

“Langkah yang dilakukan The Fed sejauh ini masih mendukung kenaikan harga komoditas,” ujarnya.

Hal tersebut juga ditambah dengan langkah yang dilakukan The Fed sejauh ini masih mendukung kenaikan harga komoditas. Dalam simposium di Jackson Hole pada musim panas lalu, Gubernur The Fed, Jerome Powell menyatakan pihaknya akan menggunakan target rata-rata inflasi yang dapat melewati 2 persen tanpa harus mengubah kebijakannya.

Hal ini, lanjut Wahyu, berarti membiarkan terjadinya kenaikan inflasi hingga pasar tenaga kerja kembali menguat. Kebijakan tersebut amat akomodatif dan dapat memicu pelemahan dolar AS serta menguatkan lawan dolar AS seperti mata uang lain dan emas.

“Dalam jangka menengah dan panjang, harga emas masih akan terus menguat. Sementara, hingga akhir 2020 kisaran harga emas berada di level US$1.800 hingga US$1.900,” katanya.

Sementara itu, Senior Technical Research Analyst di Tradebulls Securities Bhavik Patel mengatakan level resistance emas berada di US$1.911 dan kegagalan mempertahankan di kisaran US$1.900 menandakan adanya kenaikan tekanan jual.

Ia menjelaskan, hal tersebut terjadi seiring dengan sikap pelaku pasar yang menanti reaksi vaksin virus corona terhadap mutasi virus yang dikabarkan terjadi di Inggris. Patel memperkirakan, reli emas pada 2021 kemungkinan tidak akan sebesar lonjakan harga pada tahun ini seiring dengan pemulihan ekonomi global.

“Faktor penopang terbesar harga emas untuk tahun depan adalah tingkat inflasi yang naik dan tren suku bunga di dunia yang tetap rendah. Kedua hal ini akan menjadi penopang utama bagi harga emas untuk menguji level harga yang tinggi,” jelasnya.

Sementara itu, laporan Commodity Markets Outlook 2020 dari Bank Dunia menyatakan, harga emas melanjutkan tren kenaikannya selama delapan kuartal terakhir. Pada kuartal III/2020, harga emas telah melesat 12 persen dan mencapai harga tertingginya di level US$2.067 per troy ounce.

Laporan tersebut menyatakan, reli harga emas pada tahun ini ditopang oleh pandemi virus corona yang melanda dunia dan memberikan dampak positif bagi harga aset safe haven seperti emas.

“Pandemi virus corona memacu adanya flight to safety bagi para investor seiring dengan ketidakpastian yang kian tinggi,” demikian kutipan laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper