Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Hasil SBN Tertahan, Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Reksa Dana?

Dengan imbal hasil surat utang negara yang terus menurun, investor yang mencari imbal hasil yang lebih tinggi disarankannya bisa mulai melirik surat utang korporasi.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Harga Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia pada akhir tahun ini diproyeksi masih akan tertahan disebabkan oleh sentimen penyebaran Covid-19. Hal ini pada akhirnya membuat imbal hasil (yield) reksa dana pendapatan tetap belum berpotensi meningkat. 

Menurut data dari laman World Government Bonds, Selasa (22/12/2020). tingkat yield obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun terpantau berada di level 6,18 persen. Dalam sebulan terakhir, yield obligasi Indonesia menunjukkan tren pelemahan sebesar 83 basis poin.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan sentimen global terkait mutasi virus Covid-19 yang terjadi di Inggris secara tidak langsung menggoyangkan pasar obligasi global yang akhirnya membuat yield obligasi pemerintah di negara berkembang juga ikut terkoreksi. 

Menurutnya, kinerja fundamental ekonomi negara sebenarnya masih baik-baik saja namun sentimen yang berhubungan dengan kesehatan kemungkinan besar masih akan mempengaruhi kinerja pasar obligasi hingga awal tahun depan. 

Dia menjelaskan pada hari ini saja, pasar obligasi Indonesia mencatatkan nilai jual bersih asing yang cukup besar. Hal yang sama terjadi untuk pasar obligasi di kawasan Asia.  “Jumlah likuiditas pasar surat utang negara dan surat utang korporasi berbeda risikonya,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (22/12/2020).

Dirincikannya, outstanding untuk pasar surat utang korporasi sekitar Rp520 triliun, tapi surat berharga negara yang bisa diperdagangkan mencapai sekitar Rp3.000 triliun.

Namun, dengan imbal hasil surat utang negara yang terus menurun, investor yang mencari imbal hasil yang lebih tinggi disarankannya bisa mulai melirik surat utang korporasi.

“Tapi kami melihat manajer investasi (MI) terutama dalam reksa dana, portofolio mereka di surat utang korporasi masih terjadi di Rp130-an triliun. Jadi, belum ada tambahan signifikan,” jelasnya.

Terakhir, Fikri menyebutkan terdapat berbagai acuan pemilihan produk surat utang bagi para manajer investasi seperti likuiditas, pemeringkatan dan tenor obligasi yang disesuaikan dengan tujuan investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper