Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Stimulus Masih Belum Pasti, Bursa Asia Variatif

Indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,29 persen, sedangkan indeks Hang Seng terkoreksi 0,99 persen. Di sisi lain, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,06 persen
Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg
Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bervariatif pada perdagangan Jumat (18/12/2020) menyusul pergerakan kontrak berjangka AS karena anggota parlemen masih berselisih mengenai kesepakatan stimulus federal di AS.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,29 persen, sedangkan indeks Hang Seng terkoreksi 0,99 persen.

Di sisi lain, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,06 persen dan indeks Topix menguat tipis 0,04 persen.

Volume perdagangan di bursa Asia berada di bawah rata-rata. Sentimen terpukul setelah Reuters melaporkan AS akan memasukkan lusinan perusahaan China ke daftar hitam perdagangan.

Kontrak berjangka indeks S&P 500 melemah setelah indeks utama ditutup pada rekor tertinggi. Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan kesepakatan bipartisan AS sudah dekat, tetapi mungkin akan membutuhkan waktu beberapa pekan agar Kongres menyepakati.

Investor sebelumnya merespons kenaikan besar tak terduga dalam klaim pengangguran sebagai tanda kedua belah pihak akan mendorong menuju kesepakatan stimulus.

Sementara itu, yen melemah karena Bank of Japan mempertahankan pengaturan kebijakan utamanya dan memperpanjang program bantuan virusnya selama enam bulan terakhir. Namun, BOJ mengatakan akan mengambil lebih banyak tindakan tanpa ragu-ragu jika diperlukan.

Analis strategi investasi global Citigroup Private Bank Steven Wieting mengatakan paket stimulus harus menjadi jembatan yang cukup.

"Bahwa seiring dengan pada tahap ini kesiapsiagaan untuk keadaan darurat Covid-19 ini dan fakta bahwa vaksin akan segera hadir pada pertengahan tahun, tentu akan cukup untuk membuat kita melewati periode kelemahan ini,” ujar Weiting, seperti dikutip Bloomberg.

Dengan waktu terus berdetak, para pemimpin di Washington berada di bawah tekanan untuk menyelesaikan perbedaan mereka setelah berbulan-bulan mengalami kebuntuan di tengah tanda-tanda pemulihan ekonomi yang goyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper