Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Berakhir Variatif di Tengah Kebuntuan Stimulus AS

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,23 persen ke 29.999,26 dan indeks &P 500 melemah 0,13 persen ke 3.668,10.
Trader di lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS pada 3 Mei 2019./ REUTERS/Brendan McDermid
Trader di lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE) di New York, AS pada 3 Mei 2019./ REUTERS/Brendan McDermid

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat berakhir variatif pada Kamis (11/12/2020) karena pelaku pasar tengah menimbang prospek stimulus baru di tengah negosiasi paling intens sejakPilpres AS.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,23 persen ke 29.999,26 dan indeks &P 500 melemah 0,13 persen ke 3.668,10.

Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite ditutup menguat 0,54 persen atau 66,86 poin ke level 12.405,81.

Saham Airbnb Inc. melonjak dua kali lipat dalam perdagangan perdananya di pasar saham. Obligasi Treasury AS naik setelah lelang obligasi 30 tahun yang kuat menghilangkan kekhawatiran bahwa penjualan surat utang minggu ini bisa terbukti terlalu besar untuk diterima oleh investor.

Nasib paket stimulus tambahan masih belum terselesaikan karena Partaiu Demokrat dan Republik terus bernegosiasi. Jika kesepakatan tidak tercapai pada akhir tahun 2020, jutaan orang Amerika dapat memulai tahun baru dengan tunjangan pengangguran yang sudah habis.

Sebuah kelompok bipartisan anggota parlemen menyetujui formula berdasarkan kebutuhan untuk mendistribusikan bantuan negara bagian dan lokal yang mereka usulkan, menurut seorang ajudan salah satu senator.

Namun, negosiasi terus terhambat oleh perbedaan pendapat mengenai perlindungan pemberi kerja dari tanggung jawab atas infeksi Covid-19. Kamis pagi, Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan ada kemajuan menuju kesepakatan.

 “Kami hanya menunggu kesepakatan/ Saya tidak berharap pasar melakukan banyak hal dengan satu atau lain cara menuju akhir tahun," kata manajer portofolio Gradient Investments Keith Gangl, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper