Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan India dan Malaysia Buat Harga CPO Berbalik Menguat

Harga CPO telah meroket 8 persen dalam perdagangan satu bulan terakhir, sedangkan sepanjang tahun berjalan 2020, harga CPO terapresiasi hingga 14,9 persen.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berjangka berhasil berbalik menguat pada perdagangan Selasa (1/12/2020) seiring dengan respons investor terkait kebijakan pungutan impor yang lebih rendah di India dan penurunan ekspor minyak tropis di Malaysia.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16.54 WIB harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berjangka untuk kontrak Februari 2021 di bursa Malaysia berada di posisi 3.341 ringgit per ton, menguat 1,09 persen atau 36 poin.

Harga CPO telah meroket 8 persen dalam perdagangan satu bulan terakhir, sedangkan sepanjang tahun berjalan 2020, harga CPO terapresiasi hingga 14,9 persen.

Jika dibandingkan dengan rekan komoditas agrikultur lainnya kinerja CPO secara year to date (ytd) masih unggul daripada minyak kedelai yang naik 10,03 persen ytd, jagung yang naik 8,64 persen, dan kopi yang masih terkoreksi 7,48 persen secara ytd.

Kendati demikian, kinerja CPO kalah dibandingkan dengan komoditas karet yang telah naik hingga 42,53 persen secara ytd.

Kepala Strategi Perdagangan dan Lindung Nilai Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagarajan mengatakan bahwa harga CPO berjangka telah bergerak dalam kisaran yang tidak stabil.

Hal itu pun diprediksi berlanjut hingga terdapat kepastian terkait data pasokan dari Dewan Minyak Sawit Malaysia yang bakal dirilis pekan depan.

“Regulator industri akan merilis data tentang stok, produksi,dan ekspor Malaysia pada 10 Desember. Selain itu, pemangkasan bea impor dari India juga telah mendukung penguatan harga,” ujar Thiagarajan seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (1/12/2020).

Di sisi lain, ekspor yang lebih lemah dan berakhirnya pembebasan pajak oleh produsen CPO terbesar kedua dunia, Malaysia yang mulai berlaku tahun depan telah membatasi penguatan harga.

Untuk diketahui, Malaysia tidak berencana untuk memperpanjang pembebasan pajak atas ekspor minyak sawit mentah pada tahun depan. Hal ini dapat mencegah lonjakan pembelian oleh India, yang pekan lalu memangkas pungutan impornya pada kelas minyak mentah.

Sementara itu, produsen CPO terbesar dunia, Indonesia telah menaikkan pajak ekspor CPO menjadi US$33 per ton pada Desember. Langkah itu dinilai banyak analis dapat mengekang minat beli dari importir utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper