Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Minggir Dulu, Rupiah Lagi Asyik Menguat Nih

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat 20 poin di awal perdagangan hari ini, Senin (30/11/2020).
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada awal perdagangan hari ini, Senin (30/11/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 20 poin ata 0,14 persen ke posisi Rp14.070. Pada perdagangan Jumat (27/11/2020), rupiah ditutup di level Rp14.090 per dolar AS, menguat tipis 0,07 persen atau 10 poin. 

Kendati tipis, hal itu cukup menjadikan rupiah sebagai nilai tukar dengan kinerja terbaik di antara mata uang Asia lainnya.

Di saat bersamaan, indeks dolar turun 0,11 persen ke posisi 91,6930. Indeks ini mengukur kekuatan mata uang dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia lainnya.

Sejalan dengan penguatan rupiah, jual beli valas di perbankan juga menunjukkan tren penguatan. PT Bank Central Asia Tbk. pada Senin (30/11/2020) pukul 09.01 WIB menetapkan harga beli dolar AS sebesar Rp14.115 dan harga jual sebesar Rp14.145, berdasarkan e rate.

Sementara berdasarkan bank notes, Bank BCA pada pukul 08.19 WIB menetapkan harga beli sebesar Rp13.980 per dolar AS dan harga jual sebesar Rp14.280 per dolar AS.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menetapkan harga beli dan harga jual dolar AS pada Senin (30/11/2020) pukul 09.09 WIB sebesar Rp14.020 dan Rp14.260 untuk e-rate.

Sementara itu, untuk bank notes, BRI menetapkan harga beli dolar AS sebesar Rp14.000 per dolar dan harga jual dolar AS sebesar Rp14.280 per dolar.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim sebelumnya mengatakan rupiah kemungkinan akan dibuka fluktuatif pada pembukaan perdagangan pekan depan, setelah ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Dia menyebutkan ada sejumlah sentimen yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, antara lain kemajuan pembicaraan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa (UE) dan optimisme atas beberapa pengembang vaksin Covid-19, termasuk Pfizer Inc dan Moderna Inc, yang mengumumkan hasil positif selama 2 pekan terakhir.

Hal itu telah menempatkan dolar AS di bawah tekanan karena investor mencari aset yang berisiko. Selain itu, ada pula sentimen dari dimulainya transisi dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump ke pemerintahan presiden terpilih Joe Biden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper