Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ICBP Jadi Tulang Punggung Pemasukan Indofood (INDF)

Produk konsumer bermerk memang spesialisasi diproduksi oleh ICBP yang menaungi banyak brand di bawahnya seperti Indomie, Indomilk, hingga Chitato dan bumbu Racik.
Petugas sedang menurunkan karton produk mi instan Indomie. Mi instan merupakan salah satu produk unggulan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk./indofood.com
Petugas sedang menurunkan karton produk mi instan Indomie. Mi instan merupakan salah satu produk unggulan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk./indofood.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pasca akuisisi Pinehill Company Limited (PCL), pendapatan dari produk bermerk yang diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) masih mendominasi penghasilan dari induk usaha perseroan yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF).

Berdasarkan laporan keuangan perseroan per September 2020 yang diterbitkan Senin (30/11/2020), INDF mencatatkan kontribusi pendapatan terbesar dari produk konsumer bermerk sebesar Rp33,71 triliun belum dikurangi oleh eliminasi hingga September 2020. Angka ini meningkat 3,85 persen dari capaian tahun sebelumnya.

Produk konsumer bermerk memang spesialisasi produk dari ICBP yang menaungi banyak brand di bawahnya seperti Indomie, Indomilk, hingga Chitato dan bumbu Racik.

Berikutnya, INDF juga mencatatkan penjualan terbesar kedua dari lini bisnis Bogasari yang menyumbang pendapatan sebesar Rp16,66 triliun sebelum eliminasi. Sebenarnya pendapatan dari segmen ini menurun 3,53 persen jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara pendapatan ketiga emiten Grup Salim terbesar datang dari lini bisnis agribisnis yang menyumbang pemasukan sebesar Rp8,62 triliun, turun tipis 0,2 persen secara tahunan.

Di sisi lain, perseroan menjelaskan bahwa jumlah aset konsolidasi INDF meningkat dari Rp96,2 triliun pada tanggal 31 Desember 2019 menjadi Rp 161,53 triliun pada tanggal 30 September 2020, terutama karena adanya penambahan aset dari akuisisi Pinehill Company Limited (PCL) dan entitas anak pada tanggal 27 Agustus 2020.

Liabilitas konsolidasi INDF juga naik dari Rp41 triliun pada tanggal 31 Desember 2019 menjadi Rp86,26 triliun pada tanggal 30 September 2020, terutama karena adanya tambahan utang bank sehubungan dengan akuisisi PCL dan entitas anak.

Sementara, ekuitas konsolidasi INDF naik dari Rp54,2 triliun pada tanggal 31 Desember 2019 menjadi Rp75,27 triliun pada tanggal 30 September 2020, terutama berasal dari penambahan saldo kepentingan non pengendali sehubungan dengan akuisisi PCL dan entitas anak.

Secara garis besar, pertumbuhan laba INDF secara tahunan lebih besar dibandingkan dengan ICBP, meskipun secara nilai laba bersih anak usahanya tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan dengan induk usahanya.

INDF mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 6,28 persen secara tahunan menjadi Rp3,75 triliun, sementara ICBP hanya mampu mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 1,99 persen secara tahunan menjadi Rp3,96 triliun.

Manajemen menjelaskan bahwa mengingat bahwa pada akhir bulan Agustus 2020, ICBP telah menyelesaikan transaksi akuisisi seluruh saham yang diterbitkan Pinehill Company Limited (PCL), maka laporan keuangan PCL dikonsolidasikan ke dalam kinerja keuangan perseroan untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2020, dimana perseroan mencatat penjualan dan laba dari PCL untuk bulan September atau selama 1 bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper