Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Turunkan Suku Bunga, Obligasi Indonesia Semakin Dilirik

Pasar obligasi Indonesia diyakini akan semakin menarik setelah BI menurunkan suku bunga. Pasalnya, kebijakan tersebut turut didukung oleh kondisi perekonomian global saat ini.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat imbal hasil (yield) berpotensi menyentuh level 6 persen pada akhir tahun 2020. 

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, setelah Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan, pasar obligasi Indonesia diyakini akan semakin menarik. Pasalnya, kebijakan tersebut turut didukung oleh kondisi perekonomian global saat ini.

"Negara-negara masih berupaya untuk memulihkan perekonomiannya, yang berimbas pada likuiditas global yang melimpah," katanya saat dihubungi pada Kamis (26/11/2020).

Menurut Ramdhan, selama terjadinya pandemi, tingkat imbal hasil obligasi Indonesia masih terjaga di level yang atraktif. BSalah satu penopang pasar obligasi adalah dunia perbankan mencari instrumen aman seiring dengan fungsi intermediary yang belum berjalan optimal.

Dengan industri perbankan sebagai tumpuan di masa pandemi, tingkat imbal hasil obligasi Indonesia pun tetap terjaga. Menurutnya, potensi penguatan yield di Indonesia masih dapat berlanjut hingga tahun depan.

Ramdhan mengatakan, sejauh ini masih banyak investor asing yang belum kembali ke surat utang Indonesia. Hal ini terlihat dari tingkat kepemilikan obligasi yang berada di level 33 persen.

"Secara historis, tingkat kepemilikan asing di Indonesia di kisaran 38 persen hingga 40 persen. Para investor asing juga cenderung nyaman di Indonesia, sehingga potensi mereka untuk kembali masih terbuka lebar," jelasnya.

Ramdhan melanjutkan, kembalinya investor asing ke obligasi Indonesia berpotensi memicu pergerakan yield di bawah 6 persen. Namun, hal tersebut perlu didukung oleh kondisi pasar global yang kondusif dan tahan goncangan.

"Bila ditambah dengan kebijakan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan, obligasi Indonesia akan semakin dilirik," ujarnya. 

Untuk akhir tahun 2020, Ramdhan memperkirakan yield obligasi Indonesia akan berada di kisaran 6 persen hingga 6,2 persen. Hal tersebut salah satunya didukung oleh rampungnya pemilihan presiden Amerika Serikat.

Ramdhan menjelaskan, terpilihnya Joe Biden telah direspon positif oleh pasar dan diyakini akan membawa kebijakan yang lebih akomodatif bagi pasar global, termasuk surat utang Indonesia.

Katalis tersebut, lanjutnya, akan meningkatkan minat investor asing untuk memasuki atau kembali ke obligasi Indonesia. Hal ini terjadi seiring dengan kenaikan permintaan dan likuiditas global yang muncul dari paket stimulus dari Amerika Serikat.

Daya tarik obligasi Indonesia juga didukung oleh peringkat investment grade yang disandang Indonesia. Hal tersebut menandakan ketahanan pasar surat utang Indonesia di tengah pandemi yang menimbulkan ketidakpastian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper