Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beda Mazhab dengan UYM, Mirae Rekomendasi Jual Saham Garuda Indonesia (GIAA)

Meskipun berita terkait vaksin Pfizer, pembentukan holding badan usaha milik negara (BUMN) pariwisata, dan pengumuman mandatory convertible bond (MCB), positif untuk GIAA, belum ada katalisator yang dapat mempertahankan harga saham saat ini.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann

Bisnis.com, JAKARTA— PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) masih mendapatkan rekomendasi jual dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

Lewat riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg Senin (23/11/2020), Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Lee Young Jun menjelaskan bahwa harga saham Garuda Indonesia melonjak 63 persen sejak 6 November 2020.

Reli menurutnya dipicu oleh berita terkait vaksin Pfizer, pembentukan holding badan usaha milik negara (BUMN) pariwisata, dan pengumuman mandatory convertible bond (MCB).

“Kami merasa semua informasi ini positif untuk Garuda Indonesia meskipun kami tidak melihat katalisator yang dapat mempertahankan harga saham saat ini jadi menurut kami sentimen bullish di Garuda Indonesia semakin mendahului fundamental,” jelasnya.

Dia menjelaskan bahwa tujuan pembentukan holding BUMN pariwisata untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan sinergi. Empat industri akan diintegrasikan termasuk maskapai penerbangan, manajemen bandara, pariwisata, dan peritel.

Kendati detail strategi dan garis waktu belum tersedia, lanjut dia, pihaknya meyakini pembentukan holding akan mendorong volume GIAA dengan efisiensi biaya yang lebih baik. Namun, potensi kenaikan dari sentimen ini menurutnya masih terbatas.

Di sisi lain, Lee mengatakan GIAA membukukan rugi bersih US$1,1 triliun pada kuartal III/2020. Realisasi itu lebih tinggi dari perkiraaan tahunan akibat keterlambatan pembayaran dan lesunya industri penerbangan.

Sejalan dengan itu, Mirae menyesuaikan proyeksi kerugian bersih periode 2020 dari US$1,1 miliar menjadi US$1,4 miliar. Secara keseluruhan, rekomendasi jual masih dipertahankan dengan target harga yang lebih rendah dari sebelumnya di level Rp140 per lembar.

“Risiko utama dari panggilan kami adalah berkurangnya jumlah kasus Covid-19 baru dan vaksin yang diperkenalkan di Indonesia sebelum kuartal II/2021,” paparnya.

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham GIAA menguat 2 poin ke level Rp396 pada awal perdagangan Senin (23/11/2020). Kenaikan harga 0,51 persen itu bertahan hingga akhir sesi pertama.

Ustaz Yusuf Mansur (UYM) selaku salah satu investor saham GIAA baru-baru ini menyarankan umat untuk membeli saham perseroan. Dia mengatakan masyarakat tidak perlu pusing dengan kinerja yang terus terpuruk pada tahun ini.

UYM menyebut cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kinerja perseroan adalah dengan rakyat menjadi pemegang saham baru GIAA. Langkah itu sama ketika membeli saham PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS) dan untung banyak saat harganya menjulang beberapa waktu lalu akibat isu merger.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper