Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Suku Bunga Direspons Negatif, Rupiah Terdepresiasi

Rupiah ditutup di level Rp14.165 per dolar AS setelah melemah 10 poin atau 0,07 persen dari posisi kemarin, meski sebelumnya sempat menguat 35 poin pada awal perdagangan.
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah kembali melanjutkan pelemahannya pada penutupan di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (20/11/2020)

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup di level Rp14.165 per dolar AS setelah melemah 10 poin atau 0,07 persen dari posisi kemarin, meski sebelumnya sempat menguat 35 poin pada awal perdagangan.

Di saat rupiah terdepresiasi, mata uang Asia lainnya hari ini kompak menguat. Won Korea Selatan menjadi yang paling perkasa dengan penguatan 1,02 persen.

Sementara mata uang Asia lainnya terapresiasi tipis seperti rupee India 0,17 persen, perso Filipina 0,08 persen, baht Thailand 0,04 persen, yuan China 0,008 persen, dan ringgit Malaysia 0,005 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah merupakan respons negatif pasar atas keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen.

Menurutnya, keputusan tersebut di luar dugaan karena para analis memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan bulan ini dan baru akan memangkas 7DRRR pada Desember mendatang.

“Ini merupakan pembelajaran bagi Bank Indonesia karena waktu yang tepat untuk menurunkan suku bunga sebenarnya di Desember, bukan November dimana secara bersamaan Bank Sentral Global seperti The Fed, ECB dan BoE akan bersama-sama menurunkan suku bunga,” tuturnya dalam riset harian, Jumat (20/11/2020)

Di sisi lain, Ibrahim menilai pasar kecewa atas kabar mengenai kemungkinan proses vaksinasi massal di Indonesia mundur dari jadwal yang sebelumnya disebut pemerintah karena vaksin masih belum tersedia hingga saat ini.

“Wajar kalau mata uang Garuda melemah dalam perdagangan penutupan akhir pekan walaupun ada kabar baik di mana Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2020 surplus sebesar US$2,1 miliar,” imbuhnya.

Realisasi tersebut memang jauh lebih rendah dari kuartal II 2020 dengan surplus mencapai US$9,2 miliar, sehingga posisi cadangan devisa pada kuartal III 2020 naik menjadi US$135,2 miliar.

Adapun, posisi cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper