Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Tembus 3.500 Ringgit, Ini Faktor Pendorongnya!

Harga CPO untuk pengiriman Desember 2020 sempat mencapai level 3.518 ringgit per ton.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih terus bertahan di level tertingginya dalam delapan tahun terakhir di kisaran 3.500 ringgit per ton.

Berdasarkan data dari laman Bursa Malaysia pada Senin (16/11/2020), harga minyak kelapa sawit masih menunjukkan tren kenaikannya yang terjadi sejak pekan lalu. Harga CPO untuk pengiriman Januari 2021 sempat mencapai level 3.400 ringgit per ton sebelum tiba pada settlement price 3.380 ringgit per ton atau naik tipis 4 poin dari posisi pembukaan.

Sementara itu, harga CPO untuk pengiriman Desember 2020 sempat mencapai level 3.518 ringgit per ton sebelum tiba pada settlement price 3.510 ringgit per ton atau turun tipis 3 poin dari posisi pembukaan.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (16/11/2020), data dari Intertek Testing Services menyatakan, angka ekspor CPO Malaysia pada periode 1 November hingga 15 November turun 14 persen dibandingkan periode yang sama bulan lalu. 

Selain itu, angka pengiriman minyak kelapa sawit ke India juga terpangkas lebih dari 50 persen, dari 225.445 ton pada bulan Oktober menjadi 105.310 ton.

Sathia Varqa, analis Palm Oil Analytics menyebutkan, saat ini pelaku pasar CPO tengah menunggu data bullish yang dapat melambungkan harga komoditas ini atau angka ekspor yang lebih rendah dan harga spot yang lebih tinggi untuk membebani kenaikan harga CPO.

“Saat ini, perdagangan CPO berjangka belum memiliki arah yang pasti,” katanya dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, kontrak berjangka CPO saat ini diperdagangkan pada tingkat premi yang lebih tinggi dibandingkan komoditas minyak biji kedelai. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi pada umumnya dimana kontrak CPO mendapat diskon yang cukup besar. Hal ini dinilai akan melunakkan tingkat permintaan.

Kondisi tersebut juga akan menekan rencana pemerintah Indonesia dan Malaysia yang tengah mengembangkan bahan bakar biodiesel yang menggunakan minyak kelapa sawit. Hal ini juga ditambah dengan indikator pergerakan CPO selama 2 pekan terakhir yang secara teknikal menunjukkan sinyal overbought.

Analis RHB Sekuritas Andre Benas menyebutkan, sejauh ini belum ada katalis baru yang dapat menyokong harga minyak kelapa sawit.

“Faktor kekhawatiran terhadap siklus cuaca La Nina dan keterbatasan jumlah pekerja di lahan sawit Malaysia masih menjadi sentimen utama,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper