Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Tembus 3.300 Ringgit per Ton, Saham Emiten Sawit Menghijau

Tren positif emiten CPO dipimpin oleh PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT). Hingga akhir sesi I, saham emiten berkode BWPT tersebut mencatatkan kenaikan 2,91 persen ke level 106.
Petani sawit mendapatkan pembinaan dari Cargill terkait peningkatan produktivitas kebun untuk menunjang pendapatan petani./Istimewa
Petani sawit mendapatkan pembinaan dari Cargill terkait peningkatan produktivitas kebun untuk menunjang pendapatan petani./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham emiten di sektor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) mencatatkan hasil yang positif di tengah pelemahan IHSG pada perdagangan hari ini, Jumat (13/11/2020).

Tren positif emiten CPO dipimpin oleh PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT). Hingga akhir sesi I, saham emiten berkode BWPT tersebut mencatatkan kenaikan 2,91 persen ke level Rp106 per saham.

Menyusul di belakangnya adalah PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Emiten ini mencatatkan kenaikan 1,14 persen ke posisi Rp354 per saham. Selanjutnya, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LISP) serta PT Astra Agro Lestari juga menikmati kenaikan ini masing-masing sebesar 0,93 persen dan 0,45 persen.

Sementara itu, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) terpantau stagnan, dan PT Provident Agro Tbk (PALM) menjadi satu-satunya emiten yang terkoreksi sejauh ini dengan penurunan 0,64 persen.

Penguatan sejumlah harga saham emiten sawit tersebut terjadi di saat harga CPO melampaui level 3.300 ringgit per ton.

Berdasarkan data dari laman Bursa Malaysia hingga pukul 13.00 WIB, harga CPO untuk pengiriman Januari 2021 sempat terpantau mencapai level 3.380 ringgit per ton, melemah 11 poin dari posisi sebelumnya.

Kenaikan harga komoditas ini salah satunya disebabkan oleh penurunan persediaan CPO. Laporan dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menyebutkan, jumlah persediaan minyak kelapa sawit Malaysia pada Oktober turun 8,6 persen secara bulanan ke level 1,57 juta ton. Jumlah tersebut merupakan persediaan CPO terendah sejak Juni 2017 lalu.

Sementara itu, produksi CPO juga terkontraksi 7,8 persen secara bulanan ke 1,72 juta ton atau jumlah tersendah sejak Mei lalu. MPOB menyebutkan, penurunan ini disebabkan oleh musim hujan dan keterbatasan jumlah pekerja di lahan perkebunan sawit.

Dari Tanah Air, industri kelapa sawit melanjutkan tren kinerja positif pada September 2020. Ekspor dan konsumsi memperlihatkan kenaikan pada bulan tersebut.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan bahwa ekspor produk sawit pada September mencapai US$1,87 miliar atau naik 10 persen dibandingkan dengan nilai pada Agustus sejumlah US$1,69 miliar.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai ekspor pun meningkat sepanjang Januari-September 2020 dengan nilai total US$15,49 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, total ekspor adalah US$14,45 miliar.

 “Secara volume, ekspor produk kelapa sawit pada September naik 81.000 ton atau 3 persen menjadi 2,76 juta ton,” kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam keterangan resmi, Kamis lalu.

Konsumsi sawit untuk pangan di dalam negeri pun menunjukkan kenaikan konsisten dalam empat bulan terakhir dan pada September mencapai 667.000 ton. Meski demikian, total konsumsi untuk pangan lebih rendah 15,8 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Sementara itu, kenaikan konsumsi untuk oleokimia pun cenderung mendatar dengan volume serapan pada September sebesar 151.000 ton atau sama dengan Agustus.

Secara tahunan, konsumsi sawit untuk oleokimia pada Januari-September naik 49 persen dibandingkan dengan 2019. Di sisi lain, konsumsi dalam negeri untuk biodiesel pun naik 27,2 persen secara tahunan dengan volume serapan pada Januari-September sebesar 5,5 juta ton.

“Kenaikan konsumsi dalam negeri dan ekspor menjadi menjadi harapan untuk mengantisipasi kenaikan produksi,” kata Mukti.

Adapun produksi minyak sawit Indonesia telah menunjukkan pemulihan yang terlihat dari kenaikan yang konsisten dalam tiga bulan terakhir.

Pada Juli, produksi CPO mencapai 3,85 juta ton, kemudian naik menjadi 4,38 juta ton pada Agustus dan 4,73 juta ton pada September 2020. Secara tahunan, produksi 2020 masih lebih rendah 4,7 persen dibandingkan dengan produksi pada Januari-September 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper