Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Masih Dibayangi Aksi Profit Taking Akibat Progres Vaksin

Investor menyadari terdapat kesempatan melakukan aksi profit taking ke mata uang berisiko termasuk rupiah, sebelum vaksin Covid-19 memenuhi semua persyaratan untuk dirilis ke publik
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya, setelah menguat selama 6 bulan perdagangan berturut-turut seiring dengan dolar AS yang menguat akibat aksi profit taking oleh investor

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa memprediksi rupiah masih cenderung fluktuatif pada pembukaan perdagangan Kamis (12/11/2020), setelah berbalik melemah pada perdagangan sebelumnya.

“Rupiah mungkin ditutup melemah sebesar 15-100 poin di kisaran Rp14.050 hingga Rp14.120 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (12/11/2020).

Adapun, pada perdagangan Rabu (11/11/2020) rupiah parkir di level Rp14.085 per dolar AS, melemah 0,2 persen atau terdepresiasi 27,5 poin di saat indeks dolar AS berbalik menguat setelah dalam dua pekan terakhir dalam tekanan.

Ibrahim menjelaskan, sentimen positif vaksin Covid-19 yang mendorong rupiah untuk perkasa melawan dolar AS.

Dia mengatakan bahwa investor menyadari terdapat kesempatan melakukan aksi profit taking sebelum vaksin Covid-19 tersebut memenuhi semua persyaratan untuk dirilis ke publik yang dapat mengangkat aset-aset berisiko, termasuk rupiah untuk lanjut menguat.

Selain itu, kabar baik perkembangan vaksin Covid-19 itu juga terdapat masalah logistik dalam mendistribusikan ratusan juta dosis yang sangat sensitif terhadap suhu.

“Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menolak menerima hasil pemilihan presiden, dengan klaim penipuan dan kecurangan pemilu yang tidak berdasar. Hal ini membuat ekspektasi kelancaran transisi kekuasaan menjadi keraguan dan menciptakan ketidakpastian di pasar global,” ujar Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper