Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deg-degan Pilpres AS: Dolar Melemah, Emas Tembus US$1.900

Pada perdagangan Selasa (3/11/2020) pukul 20.12 WIB, harga emas berjangka Comex untuk kontrak Desember 2020 terpantau menguat 8,4 poin atau 0,44 persen ke level US$1.900,9 per troy ons.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (17/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (17/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS mengalami pelemahan menjelang pemungutan suara dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS. Hal itu membuat harga emas kembali bersinar.

Berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan Selasa (3/11/2020) pukul 20.12 WIB, harga emas berjangka Comex untuk kontrak Desember 2020 terpantau menguat 8,4 poin atau 0,44 persen ke level US$1.900,9 per troy ons.

Di sisi lain, harga emas di pasar spot terpantau naik 4,6 poin atau 0,24 persen ke level US$1.900,08.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback atau mata uang dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya koreksi 0,56 persen ke level 93,601.

Laporan Monex Investindo Futures menyampaikan Dolar AS kembali melemah sebelum pemungutan suara Presiden AS yang berlangsung malam hari nanti.

AS akan melakukan pemilihan Presiden pada 3 November 2020 waktu setempat, menempatkan incumbent Donald Trump dari Partai Republik, melawan penantangnya, Joseph Robinette Biden Jr. (Joe Biden), dari Partai Demokrat, yang pernah menjabat sebagai wakil presiden AS saat masa presiden Barack Obama.

Pasar bersikap hati-hati menjaga semua kemungkinan dalam Pilpres AS nanti. Namun, adanya harapan bahwa stimulus bantuan corona masih akan dibahas kembali setelah terpilihnya Presiden AS selanjutnya, memicu pelemahan dolar AS saat ini.

"Kekhawatiran perlunya pinjaman hutan AS yang lebih besar dan data yang menunjukkan berkurangnya minat beli pada surat hutang AS memicu pelemahan dolar AS," papar Monex.

Sebelumnya, China dikenal sebagai negara yang menjadi pembeli surat hutang AS terbesar, tetapi sejak kericuhan dengan administrasi Trump, data menunjukkan Negeri Panda melakukan penyusutan surat hutang AS sejak Juli lalu.

Pada Agustus 2020, jumlah surat hutang AS yang dimiliki China lebih kecil nilainya daripada yang dimiliki negara Jepang. Dengan berkurangnya minat beli dari China, kembali menimbulkan pertanyaan dari mana sumber dana yang diperlukan pemerintah AS untuk melaksanakan stimulus bantuan corona nanti.

Dari pasar mata uang, euro, pound sterling, dan dolar Australia mencatat penguatan signidikan terhadap dolar AS, naik ke level tertinggi hari ini. Sementara mata uang yen Jepang dan Dolar Kanada juga menguat, menekan nilai tukar USDJPY dan USDCAD tuurun ke level terendah hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper