Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ditutup Melemah, 6 Sektor Jadi Penekan

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,09 persen atau 4,63 poin ke level 5.091,82. Sepanjang perdagangan, iHSG bergerak dalam kisaran 5.063,69-5.088,56.
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah bergerak dalam rentang sempit, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini, Kamis (22/10/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,09 persen atau 4,63 poin ke level 5.091,82. Sepanjang perdagangan, iHSG bergerak dalam kisaran 5.063,69-5.088,56.

Pada awal perdagangan, IHSG dibuka di zona merah dengan penguatan 0,23 persen atau 11, 66 poin ke level 5.084,79.

Hari in, sebanyak 147 saham menguat, 264 saham melemah, dan 179 saham stagnan.

Total transaksi IHSG hingga akhir perdagangan mencapai 14,6 miliar lembar saham, dengan nilai mencapai Rp9,29 triliun. Adapun, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp248,4 miliar.

Hingga akhir perdagangan, tercatat 6 dari 10 indeks sektoral ditutup melemah, didorong oleh sektor pertambangan dan pertanian yang masing-masing melemah 1,01 persen.

Tiga sektor lainnya bnerakhir di zona hijau, yaitu sektor industri dasar, finansial, dan infrastruktur.

Pergerakan IHSG hari ini sejalan dengan bursa saham Asia yang ditutup terkoreksi menyusul dugaan terjadinya intervensi oleh Iran dan Rusia untuk memanipulasi hasil pemilu AS.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (22/10/2020), indeks S&P/ASX 200 Australia ditutup di zona merah setelah turun 0,29 persen. Koreksi terbesar di wilayah Asia terjadi pada indeks Topix Jepang yang anjlok 1,1 persen.

Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan dan Shanghai Composite China juga melemah masing-masing sebesar 0,8 persen dan 0,6 persen.

Pergerakan perdagangan bursa Asia salah satunya ditopang oleh dugaan intervensi pemilihan umum presiden AS. Direktur National Intelligence John Ratcliffe mengatakan, Iran dan Rusia dinilai mencoba melakukan intervensi dalam proses pemilihan presiden di AS yang akan digelar pada 3 November mendatang.

“Kami telah mengkonfirmasi bahwa sejumlah data pendaftaran pemilih telah didapatkan oleh Iran dan Rusia. Data tersebut dapat digunakan oleh aktor-aktor asing untuk menyebarkan informasi palsu,” katanya.

Analis Saxo Capital Markets Eleanor Creagh mengatakan, pasar bereaksi negatif terhadap kabar intervensi pemilu AS seiring dengan minimnya kejelasan paket stimulus.

"Kemunculan dugaan intervensi ini menyebabkan kemungkinan kedua calon presiden untuk mempermasalahkan hasil akhir pemilihan semakin besar, utamanya setelah pemilihan ini akan berjalan lebih ketat dibandingkan hasil jajak pendapat yang ada," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper