Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Prapenjualan Indikasi Pemulihan Sektor Properti? Begini Kata Pefindo

Analis Pefindo Yogie Perdana menyebut kenaikan marketing sales emiten properti pada kuartal III/2020 lebih disebabkan karena tingkat prapenjualan sudah menyentuh titik terendah (bottom) pada kuartal II/2020.
Wajah properti Jakarta./Bloomberg
Wajah properti Jakarta./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai sektor properti belum akan bangkit dalam waktu dekat walaupun tingkat prapenjualan atau marketing sales mulai naik lagi pada kuartal III/2020.

Analis Pefindo Yogie Perdana menyebut kenaikan marketing sales emiten properti pada kuartal III/2020 lebih disebabkan karena tingkat prapenjualan sudah menyentuh titik terendah (bottom) pada kuartal II/2020.

“Prapenjualan sudah cukup bottom, sehingga apabila terjadi peningatan menurut kami itu sesuatu yang wajar,” ujar Yogie pekan lalu.

Yogie menjelaskan bahwa industri properti sudah cukup tertekan bahkan sejak sebelum pandemi Covid-19 merebak. Prapenjualan dari emiten properti dalam beberapa tahun terakhir sudah berada di level rendah (lowbase) dan hal itu diperparah oleh pandemi.

Dengan demikian, kenaikan marketing sales pada kuartal III/2020 dan kuartal IV/2020 nantinya dinilai bukan sebagai indikasi pemulihan sektor properti.

Adapun, beberapa emiten yang membukukan kenaikan prapenjualan pada periode Juli - September 2020 a.l. PT Bumi Serpong Damail Tbk., PT Summarecon Agung Tbk., PT Agung Podomoro Land Tbk., dan PT Ciputra Development Tbk. 

Berdasarkan data dari Maybank Kim Eng Sekuritas, total marketing sales dari enam perusahaan properti kelas kakap sebesar Rp5,76 triliun pada kuartal III/2020 atau turun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, secara kuartalan realisasi tersebut naik 63,17 persen.

Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang turun 23 persen year-on-year (yoy), terlihat bahwa realisasi prapenjualan properti pada kuartal III/2020 lebih baik.

“Bukan berarti itu indikasi industri properti membaik. Kami melihat industri properti ke depan masih cukup challenging karena dampak Covid-19 yang akan menyebabkan resesi dan penurunan daya beli properti,” tutur Yogie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper