Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Reksa Dana Dipengaruhi Ragam Sentimen

Berdasarkan keterangan Infovesta Utama, hal ini tercermin dari arus capital inflow di pasar obligasi oleh asing melalui Kepemilikan SBN oleh asing yang secara Month to Date (MTD) hingga 15 Oktober 2020 tercatat naik sebesar Rp10,26 triliun menjadi Rp945,12 triliun.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Diresmikannya UU Cipta Kerja diperkirakan dapat membawa sentimen positif bagi pasar modal Indonesia karena dinilai menguntungkan bagi investor.

Berdasarkan keterangan Infovesta Utama, hal ini tercermin dari arus capital inflow di pasar obligasi oleh asing melalui Kepemilikan SBN oleh asing yang secara Month to Date (MTD) hingga 15 Oktober 2020 tercatat naik sebesar Rp10,26 triliun menjadi Rp945,12 triliun.

“Dari dalam negeri maupun luar negeri masih terdapat beberapa sentimen yang dinantikan yang dapat mempengaruhi kinerja reksa dana saham sehingga investor masih cenderung wait and see,” tulis tim analis Infovesta Utama.

Di sisi lain, tingkat suku bunga yang tetap terjaga di level rendah memiliki sentimen yang baik bagi kinerja reksa dana pendapatan tetap di masa mendatang.

Dengan beragam sentimen tersebut, maka hal ini diharapkan dapat memberikan sinyal bagi investor dan dapat menjadi pertimbangan untuk memilih jenis reksa dana yang diinvestasikan sesuai dengan profil risiko serta jangka waktu investasi yang dimiliki.

Selain itu, Investor juga tetap perlu memperhatikan kondisi terbaru di pasar lokal maupun global yang dapat berpengaruh signifikan terhadap kinerja reksa dana Indonesia.

Volatilitas pergerakan pasar modal Indonesia dalam beberapa waktu terakhir juga dipengaruhi oleh kondisi global maupun domestik sehingga penting bagi seorang investor untuk selalu mengikuti perkembangan ekonomi maupun berita yang ada.

Sentimen global seperti pertumbuhan ekonomi sudah tercatat mengalami perbaikan dimana angka GDP pada kuartal III di beberapa negara seperti China dan Singapura yang tercatat positif, sedangkan di Amerika Serikat sendiri nilai GDP masih negatif namun lebih baik daripada ekspektasi pasar.

Hal ini memberikan sentimen yang positif bagi pasar saham maupun pasar obligasi. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa dalam waktu dekat akan dilaksanakan pemilihan presiden Amerika Serikat yang mana akan mempengaruhi stimulus kebijakan ekonomi Amerika Serikat di masa mendatang.

Di Indonesia sendiri, pasar saham masih menanti sentimen laporan keuangan kuartal tiga yang akan segera dirilis. Selain itu, per 13 Oktober 2020, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan BI 7-DRRR di level 4%. Per September lalu, tingkat inflasi Indonesia secara year on year 1,42 persen sehingga masih terdapat ruang bagi Bank Indonesia untuk kembali memangkas suku bunga acuan di tahun 2020.

Pelaksanaan PSBB kembali di pertengahan bulan September hingga pertengahan Oktober yang membuat CDS 5 Years Indonesia kembali naik diatas level 100 menjadi 102 di akhir September, namun terdapat penurunan presepsi risiko kembali di bulan Oktober setelah PSBB dinyatakan masuk ke dalam masa transisi dan saat ini CDS 5 Years Indonesia telah kembali mereda dan berada di level 94,82. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper