Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Profit Taking dan Tekanan Global, Bagaimana Gerak IHSG Pekan Depan?

Investor melakukan aksi ambil untung pekan ini setelah indeks menguat selama delapan sesi berturut-turut. Tekanan terhadap indeks bertambah seiring dengan sentimen pasar saham global yang lesu.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi ambil untung atau profit taking mewarnai dinamika pasar saham pada akhir pekan ini. Hal itu diperburuk oleh gelombang kedua Covid-19 di dunia yang membuat pelaku pasar khawatir akan tren pertumbuhan ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks  harga saham gabungan (IHSG) parkir di zona merah dengan pelemahan tipis 0,03 persen menjadi 5.103 pada akhir perdagangan Jumat (16/10/2020). Selama sepekan indeks menguat sebesar 0,98 persen walau secara year-to-date masih melemah 18,99 persen.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan bahwa pelemahan IHSG pada akhir pekan ini disebabkan aksi ambil untung investor karena indeks sudah reli selama lebih dari sepekan.

“Saya melihat ini ada aksi profit taking yang terjadi. Tapi, tentu faktor global juga memberi tekanan ke pasar kita,” kata Hans kepada Bisnis, Jumat (16/10/2020).

Hans menunjukkan bahwa pelaku pasar secara global khawatir stimulus fiskal di AS tidak akan menemukan titik terang hingga Pemilu AS bulan depan. Padahal, perekonomian Negeri Paman Sam yang kian melemah tercermin dari data ketenagakerjaan yang memburuk sangat membutuhkan stimulus tersebut.

Di sisi lain, gelombang kedua Covid-19 pun mulai terjadi dan beberapa negara mempertimbangkan untuk menutup akses keluar-masuk (lockdown) kembali. Pengembangan vaksin Covid-19 yang dihentikan baru-baru ini pun semakin menambah kekhawatiran bahwa vaksin itu tidak mudah ditemukan dan ketidakpastian ekonomi global kembali terasa.

Namun, dari dalam negeri, Hans melihat sentimen tidak terlalu buruk. Adapun, pasar mengapresiasi neraca dagang yang surplus, penjualan mobil yang kembali naik, dan keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga pada level 4 persen. 

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa pada akhir pekan ini pelaku pasar wait and see melihat perkembangan stimulus di AS yang belum cair.

“Market juga bersikap wait and see lantaran adanya faktor kepastian resesi perekonomian Indonesia dari pemerintah,” kata Nafan kepada Bisnis.

Nafan menunjukkan bahwa penopang pergerakan indeks selama ini berasal dari euforia keputusan BI mempertahankan suku bunga dan komitmen penuh dari bank sentral untuk melaksanakan program QE dalam rangka meningkatkan likuiditas.

Pekan depan, Hans menduga akan terjadi pelemahan lebih lanjut terhadap IHSG walau masih harus mencermati performa indeks Dow Jones terlebih dahulu.

“Mungkin kita masih rekomendasi saham-saham perbankan, kalau melemah itu bisa menjadi kesempatan beli,” ujar Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper