Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Berharap Paket Stimulus Sebelum Pemilu, Bursa Wall Street Rebound

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 menguat 1 persen menjadi 3.394,58 pada pukul 9.30 di New York, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average juga meningkat 1,1 persen ke 28.068,08. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite turun 1,6 persen menjadi 11.154,60.
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat rebound pada awal perdagangan Rabu (7/10/2020). Sebelumnya, pelaku pasar sempat kecewa karena Presiden AS Donald Trump mencuitkan tentang perundingan stimulus pandemi bakal ditunda.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 menguat 1 persen menjadi 3.394,58 pada pukul 9.30 di New York, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average juga meningkat 1,1 persen ke 28.068,08. Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite turun 1,6 persen menjadi 11.154,60.

Penguatan indeks saham Wall Street tersebut mengindikasikan bahwa investor masih optimistis bahwa stimulus pandemi bakal tetap diketok sebelum Pemilu bulan depan.

“Sangat tidak mungkin Partai Demokrat senang dengan kondisi saat ini. Aksi di pasar tampaknya lebih didorong oleh prospek Partai Demokrat [menang] ketimbang stimulus sebelum Pemilu,” kata Global Market Strategist StoneX Yousef Abbasi, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (7/10/2020).

Investor yang menyaksikan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden memimpin dalam polling beberapa hari terakhir kini mulai berspekulasi. Apabila Biden menjabat sebagai orang nomor satu di AS, maka akan ada gelombang stimulus yang lebih besar membanjiri perekonomian.

Volatilitas pasar meningkat bulan ini setelah berita Presiden AS Donald Trump dinyatakan positif Covid-19. Tak hanya itu, selera investor juga naik-turun mengikuti perkembangan diskusi stimulus fiskal di Amerika Serikat yang berlarut-larut.

Analis Rabobank Lyn Graham-Taylor mengatakan bahwa cuitan Trump mengenai pembahasan stimulus yang akan ditunda menjadi sorotan pasar saat ini.

“Tampaknya sulit untuk berharap Demokrat bakal meloloskan stimulus yang diajukan presiden, terutama menjelang pemilu,” kata Graham-Taylor.

 Adapun, investor saat ini juga terus menghitung dampak pandemi terhadap pemulihan ekonomi global. Penyebaran virus tampak kembali lagi di New York dengan jumlah kasus positif mencapai level tertinggi dalam tiga bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper