Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produknya Ditolak AS, Raksasa CPO Malaysia Ungkap Kecewa

Minyak kelapa sawit dan turunannya dari FGV dan BUMN Malaysia, Felda, masuk ke rantai pasokan perusahaan multinasional besar seperti Nestle, L’Oreal, dan Unilever.
Wisma FGV, Kuala Lumpur. Gedung ini merupakan kantor pusat FGV Holding Berhad, salah satu produsen CPO terbesar di dunia./fgvholding.
Wisma FGV, Kuala Lumpur. Gedung ini merupakan kantor pusat FGV Holding Berhad, salah satu produsen CPO terbesar di dunia./fgvholding.

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat telah memblokir impor minyak sawit dan produk terkait dari FGV Holdings Bhd Malaysia, salah satu produsen terbesar di dunia.

Minyak kelapa sawit dan turunannya dari FGV dan BUMN Malaysia, Felda, masuk ke rantai pasokan perusahaan multinasional besar seperti Nestle, L’Oreal, dan Unilever.

Perlindungan Bea dan Perbatasan AS mengatakan pengiriman dari perusahaan dan anak perusahaannya akan ditahan di semua pelabuhan mulai kemarin. Perintah tersebut didasarkan pada apa yang dikatakan pihak berwenang AS sebagai informasi penggunaan kerja paksa.

Langkah tersebut merupakan pukulan terbaru bagi industri minyak sawit setelah penyebaran virus corona menutup restoran, sehingga membatasi permintaan minyak goreng.

Malaysia, pengirim minyak sawit terbesar kedua ke AS dan produsen terbesar kedua di dunia, juga bergulat dengan kekurangan pekerja kronis setelah perjalanan yang dibatasi pandemi.

Menurut pernyataan bea cukai, perintah tersebut merupakan hasil dari penyelidikan selama setahun yang mengungkapkan adanya kerentanan, penipuan, pembatasan pergerakan, isolasi, intimidasi, dan kekerasan fisik dan seksual terhadap tenaga kerja. 

FGV mengatakan telah berkomunikasi dengan bea cukai AS sejak Agustus tahun lalu dan akan terus terlibat dengan untuk membersihkan namanya.

Produsen juga mengatakan telah menyerahkan bukti kepatuhannya terhadap standar ketenagakerjaan dan telah mengambil beberapa langkah yang didokumentasikan secara publik untuk memperbaiki situasi. Saham perusahaan jatuh sebanyak 7,8 persen hari ini, level terendah sejak Juli.

"FGV kecewa karena keputusan tersebut telah dibuat ketika FGV telah mengambil langkah konkret selama beberapa tahun terakhir dalam menunjukkan komitmennya untuk menghormati hak asasi manusia dan untuk menegakkan standar ketenagakerjaan," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan. 

Menurut penelitian Rabobank, defisit minyak sawit global kemungkinan besar akan meningkat setelah 2025 karena penanaman kembali yang tidak memadai dalam beberapa tahun terakhir dan mandat biodiesel di Malaysia dan Indonesia. 

Data Departemen Pertanian AS menuliskan minyak tropis senilai US$441 juta diimpor ke AS dari Malaysia pada 2019, sebagian besar di antaranya adalah minyak sawit olahan. Selama tujuh bulan pertama 2020, volume pengiriman tersebut turun 15 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper