Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Makin Tak Pasti, Harga Minyak Tertekan Lagi

Harga minyak kembali tertekan setelah sempat naik ke level US$43 per barel di akhir Agustus lalu, seiring dengan munculnya tanda-tanda kebangkitan kembali pandemi yang membuat sejumlah negara memberlakukan lockdown lagi.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian akan permintaan minyak membuat harga komoditas satu ini lagi-lagi mengalami penurunan, bahkan sempat menyentuh level di bawah US$40 per barel di bursa New York.

Seperti dilansir dari Bloomberg, harga minyak kembali tertekan setelah sempat naik ke level US$43 per barel di akhir Agustus lalu, seiring dengan munculnya tanda-tanda kebangkitan kembali pandemi yang membuat sejumlah negara memberlakukan lockdown lagi.

Executive Committee Member Vitol Group Chris Bake mengatakan adanya ketidakpastian akan permintaan minyak membuat harga minyak sulit bangkit. Di saat yang sama, pasokan dari Libya meningkat usai blokade fasilitas energy dicabut.

Pasokan Libya diketahui meningkat hampir tiga kali lipat menjadi 250.000 barel per hari dan diprediksi dapat kembali meningkat karena kapal terus berlabuh dan memuat minyak mentah sehingga tangki penyimpanan kembali kosong dan memungkinkan pemompaan minyak lebih banyak.

“Harga minyak hanya memiliki sedikit ruang untuk kembali naik di kuartal IV ini karena pemulihan global mengalami perlambatan akibat adanya gelombang kedua pembatasan ekonomi gara-gara virus ini,” ujarnya dikutip dari Bloomberg, Senin (28/9/2020)

Sementara itu, pada Minggu (27/9/2020) kemarin, Menteri Energi Rusia Alexander Novak memperkirakan permintaan minyak global pada 2020 akan turun hingga 10 persen dibanding tahun sebelumnya.

Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp. Singapura Howie Lee mengatakan negara-negara ekonomi utama yang kini tengah mempertimbangkan untuk kembali memberlakukan pembatasan perjalanan menjadi katalis utama penekan harga minyak.

“Sehingga struktur pasar saat ini masih bearish,” ucap Lee.

Bake menambahkan, penyulingan minyak global sangat tertekan dan pasar kini bersaing dengan derasnya pasokan. Apalagi, saat ini permintaan akan minyak semakin tidak pasti.

OPEC+ mulai menambah lebih banyak pasokan ke pasar pada bulan Agustus dan kenaikan produksi dari Libya usai blokadenya dicabut dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada pemulihan yang lemah.

Di sisi lain, National Oil Corp. sedang mengevaluasi keamanan di empat pelabuhan lain di Libya, termasuk Zawiya, yang menangani minyak mentah dari ladang terbesar negara itu, untuk melihat apakah aman untuk memulai kembali pemompaan minyak.

Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November melemah 0,9 persen menjadi US$39,88 per barel di New York Mercantile Exchange per pukul 7.58 pagi waktu London setelah tergelincir 2,1 persen minggu lalu.

Sementara harga minyak Brent untuk kontrak November penyelesaian turun 0,8 persen menjadi US$41,58 di ICE Futures Europe Exchange setelah jatuh 2 sen pada hari Jumat.

Begitu pula dengan harga minyak berjangka di Shanghai International Energy Exchange turun 1,7 persen menjadi 262,2 yuan per barel setelah naik 1,9 persen pada hari Jumat.

Berdasarkan data Bloomberg per pukul 18.00 WIB, harga minyak WTI Crude Oil menguat 0,52 persen ke level US$40,44 per barel, sedangkan harga minyak Brent di bursa ICE naik 0,41 persen ke level US$42,09.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper