Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resesi Indonesia Tak Lebih Buruk dari Negara Lain, Investor Asing Pasti Kembali

Kementerian Keuangan mengatakan Indonesia masuk zona resesi dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 sebesar minus 2,9 persen - minus 1,0 persen atau revisi turun dari perkiraan sebelumnya minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi makroekonomi Indonesia yang lebih baik ketimbang negara maju maupun negara berkembang lainnya diharapkan menjadi daya tarik bagi investor asing untuk masuk ke pasar keuangan domestik.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan kinerja perekonomian sebagian negara, khususnya negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat, cenderung lebih buruk dibandingkan ekonomi negara berkembang termasuk China dan Indonesia.

“Meskipun Bu Menkeu Sri Mulyani mengatakan kita berpotensi resesi juga tahun ini, tapi degree of recession-nya lebih rendah dari sebagian besar negara maju dan berkembang,” jelas Josua kepada Bisnis, Jumat (25/9/2020).

Baru-baru ini, Kementerian Keuangan mengatakan Indonesia masuk zona resesi dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 sebesar minus 2,9 persen - minus 1,0 persen atau revisi turun dari perkiraan sebelumnya minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.

Investor pun sudah berbondong-bondong keluar dari pasar saham maupun pasar obligasi Indonesia sejak awal tahun dan belum memperlihatkan tanda-tanda akan kembali.

Di pasar obligasi, tercatat investor nonresiden melakukan aksi jual atau net sell senilai Rp126,58 triliun sejak awal tahun per 22 September 2020.

Sementara di pasar saham, tahun ini tercatat net sell investor asing senilai Rp42,17 triliun hingga 25 September.

Namun demikian, Josua menunjukkan Indonesia saat ini masih memiliki peringkat invesment grade dari lembaga pemeringkat internasional yang menandakan bahwa kepercayaan investor global sebenarnya tetap besar terhadap pasarkeuangan Tanah Air.

“Saya pikir momentum ataupun sentimen yang akan memengaruhi masuknya kembali dana asing khususnya dari negara maju ke negara berkembang juga dari kondisi di negara maju suku bunganya pasti akan tetap rendah,” tutur Josua.

Lebih lanjut, penemuan vaksin Covid-19 diperkirakan bakal meningkatkan sentimen risiko para investor global untuk kembali melirik aset di negara berkembang atau emerging market.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper