Bisnis.com, JAKARTA – Perubahan lansekap moneter di Indonesia membuat investor wait and see di pasar obligasi.
Hal itu terlihat pada beberapa lelang Surat Utang Negara (SUN) yang terbilang sepi.
CIO Principal Asset Management Ni Made Muliartini menyampaikan perhatian utama pelaku pasar obligasi dalam jangka pendek ini adalah kejelasan mengenai perubahan lansekap moneter, terutama konsistensi pemerintah dan Bank Indonesia mengenai skema burden sharing.
“Pertanyaan seputar apakah burden sharing ini akan dilanjutkan atau tidak, menjadi salah satu penentu arah pergerakan obligasi ke depan,” kata Made kepada Bisnis, Kamis (23/9/2020).
Adapun, kejelasan mengenai isu pembentukan dewan moneter yang akan diwujudkan dalam bentuk Undang-undang juga menjadi sorotan investor.
Pada saat bersamaan, Made melihat shortfall atau kekurangan pendapatan pajak pada akhir tahun ini yang lebih besar daripada perkiraan bakal membuat pemerintah melakukan penerbitan obligasi dalam jumlah besar atau risiko back loading.
Baca Juga
Di sisi lain, penopang transaksi di pasar SUN saat ini masih akan ditopang oleh likuiditas perbankan yang ample atau berlebih.
Perbankan cenderung memburu SUN tenor pendek untuk mendapatkan kompensasi pendapatan di tengah tingkat penyaluran kredit yang belum pulih.
“Di sisi lain untuk valuasi masih menarik karena inflasi yang terus turun sehingga real rate Indonesia masih sangat atraktif,” jelas Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel