Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Asia Ditutup Variatif, Bursa Australia Melesat 2,42 Persen

Bursa Jepang dan Hong Kong ditutup melemah sedangkan Bursa Australia, Korea, dan China mencetak kenaikan.
ilustrasi Bursa Australia
ilustrasi Bursa Australia

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia ditutup dengan hasil variatif menyusul pernyataan dari bank sentral Amerika Serikat terkait pemulihan ekonomi yang berjalan lamban.

Dilansir dari Bloomberg, Rabu (23/9/2020), indeks Topix Jepang yang kembali dibuka setelah libur 2 hari terkoreksi 0,13 persen ke level 1.644,25. Sementara itu,  indeks Hang Seng Hong Kong juga turun 0,1 persen ke posisi 23.692,74.

Di sisi lain, bursa S&P/ASX 200 Australia melesat 2,42 persen dan ditutup di kisaran 5.923,89. sebesar 0,6 persen. Bursa Korea Selatan juga menguat tipis 0,03 persen di kisaran 2.333,24 disusul Shanghai Composite yang naik 0,01 persen ke 3.274,66.

Perdagangan hari ini dipengaruhi oleh sentimen pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell bahwa masih ada jalan yang panjang bagi perekonomian sebelum pulih sepenuhnya, selain membutuhkan lebih banyak dukungan.

Sementara itu, Presiden The Fed wilayah Chicago Charles Evans mencatat bahwa suku bunga bisa naik sebelum target inflasi tercapai. 

Setelah penutupan perdagangan reguler, Nike Inc. melonjak karena produsen pakaian olahraga tersebut membukukan pendapatan yang jauh lebih baik daripada yang diperkirakan.

Bursa saham global masih menuju penurunan bulanan pertama sejak Maret karena kekhawatiran Kongres AS belum menyetujui paket stimulus fiskal lanjutan. 

Adapun peningkatan kasus virus corona global telah meningkatkan kekhawatiran atas lebih banyaknya tindakan lockdown lebih lanjut.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pembatasan baru yang kemungkinan akan berlangsung enam bulan dan mengatakan kepada orang-orang untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan. Ia juga mengatakan mengatakan negara itu berada pada "titik balik yang berbahaya" untuk virus tersebut.

"Kondisi saat ini seperti roller coaster yang amat besar dan kita harus dapat bertahan karena kondisi volatilitas tinggi ini sepertinya akan berlanjut hingga pemilu presiden AS pada November mendatang," ujar Erin Gibbs, President dan CEO Gibbs Wealth Management,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper