Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Badai Tropis Beta Ganggu Produksi, Minyak Mentah WTI Dekati US$40/Barel

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,26 poin atau 0,66 persen ke level US$39,57 per barel pada pukul 08.50 WIB. Pada perdagangn Senin (21/9), WTI melemah 4,4 persen.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Selasa (22/9/2020) karena Badai Tropis Beta mengganggu produksi minyak mentah dan penyulingan di AS.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,26 poin atau 0,66 persen ke level US$39,57 per barel pada pukul 08.50 WIB. Pada perdagangn Senin (21/9), WTI melemah 4,4 persen.

Sementara itu, minyak mentah Brent menguat 0,26 poin atau 0,63 persen ke level US$41,70 per barel pada waktu yang sama.

Meskipun badai Beta membawa banjir ke Texas dan akan melanda Louisiana, hal itu diperkirakan tidak akan menyebabkan banyak masalah untuk kilang darat. Sementara itu, gangguan pada kilang lepas pantai diperkirakan tidak akan berlangsung lama.

Minyak mentah terjebak dalam aksi jual yang lebih luas pada hari Senin di tengah peringatan bahwa AS dapat mengalami siklus virus corona di musim gugur dan musim dingin. Sementara itu, prospek stimulus fiskal lanjutan dirusak oleh perdebatan dalam memilih pengganti Hakim Mahkamah Agung Ruth Bader Ginsburg. Pembukaan kembali industri minyak Libya juga membebani pasar.

Pemerintah Libya mengatakan kepada perusahaan negara untuk melanjutkan produksi di beberapa ladang yang bebas dari tentara bayaran dan pejuang asing. Produksi minyak Libya diperkirakan mencapai 310.000 barel minyak per hari dalam beberapa hari ke depan

Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan Libya dapat memompa 500.000 barel per hari pada akhir tahun ini.

Minyak mentah melonjak 10 persen pekan lalu setelah Arab Saudi mengindikasikan akan mempertahankan pasar, tetapi prospek permintaan tetap goyah karena virus kembali muncul di beberapa negara dan belum dikendalikan di negara lain.

Sementara itu, Perusahaan minyak terbesar China memperkirakan permintaan untuk produk minyak sulingan di sana mencapai puncaknya sekitar tahun 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper