Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Menguat, Sampoerna Agro (SGRO) Siap Pacu Produksi

Sampoerna Agro (SGRO) memproyeksi volume produksi CPO pada semester II/2020 lebih tinggi 30-50 persen dibandingkan dengan semester I/2020.
Salah satu perkebunan sawit yang dikeloal PT Sampoerna Agro Tbk./Sampoernaagro.com
Salah satu perkebunan sawit yang dikeloal PT Sampoerna Agro Tbk./Sampoernaagro.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan PT Sampoerna Agro Tbk. siap mendulang keuntungan lebih banyak pada paruh kedua tahun ini seiring dengan kenaikan harga minyak sawit berjangka yang telah menembus 3.100 ringgit per ton.

Berdasarkan data bursa Malaysia, pada perdagangan Senin, (21/9/2020) hingga pukul 17.17 WIB harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) untuk kontrak teraktif, Desember 2020, berada di posisi 3.008 ringgit per ton, turun 2,34 persen atau 72 poin.

Harga telah berbalik melemah, setelah pada pertengahan perdagangan sempat menyentuh level 3.104 ringgit per ton, level tertinggi dalam 9 bulan terakhir.

Namun demikian, harga CPO masih mencatatkan kinerja cukup impresif dengan berhasil meroket hingga 50 persen sejak menyentuh level terendahnya 1.946 ringgit per ton pada Mei 2020 akibat sentimen pandemi Covid-19.

Adapun, sepanjang tahun berjalan 2020 harga CPO masih mencatatkan koreksi sebesar 3,9 persen.

Head Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma mengatakan bahwa harga CPO saat ini telah melampaui ekspektasi harga oleh perseroan untuk sepanjang tahun ini. Kenaikan harga itu dinilai menjadi tambahan angin segar di tengah banyaknya ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.

Michael mengaku optimistis kenaikan harga itu akan mendukung perseroan untuk mencetak kinerja yang jauh lebih baik pada paruh kedua tahun ini dibandingkan enam bulan pertama 2020.

Apalagi, kinerja juga akan didukung dengan proyeksi volume produksi semester II/2020 yang lebih tinggi 30-50 persen dibandingkan dengan paruh pertama tahun ini seiring dengan momentum musim panen yang tinggi.

Padahal, pada semester I/2020 saja, emiten berkode saham SGRO itu sudah membukukan penjualan bersih sebesar Rp1,60 triliun atau tumbuh 17,51 persen.

Selain itu, SGRO juga berhasil mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp971 juta. Sebelumnya, pada periode yang sama tahun lalu perseroan membukukan rugi bersih Rp19,22 miliar.

“Jadi, di saat volume produksi kami lebih tinggi dan semoga harga masih tinggi, kalau ini terealisasi hingga akhir tahun tentu ini akan mendongkrak kinerja keuangan semakin moncer, lebih baik pastinya dibandingkan dengan semester I/2020,” ujar Michael kepada Bisnis, Senin (21/9/2020).

Adapun, dia menilai kenaikan harga didukung oleh dua sentimen utama yaitu, permintaan dari negara konsumen CPO yang mulai pulih, terutama China yang mulai mengimpor komoditas dalam jumlah besar, dan pasokan yang hingga saat ini tidak lebih baik daripada ekspektasi pasar.

Kendati meyakini produksi pada semester II/2020 lebih baik, emiten entitas Grup Sampoerna itu pun memproyeksi volume produksi perseroan hingga akhir Agustus masih cenderung lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu.

Bahkan, volume produksi SGRO hingga akhir tahun ini diprediksi sedikit lebih rendah daripada ekspektasi.

“Namun pada intinya, strategi kami masih akan sama, kami akan terus berupaya menghasilkan produksi di level semaksimalnya, dilakukan dengan serangkaian konjintensi sehingga kalau terjadi apa-apa kami sudah siap,” papar Michael.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper