Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menuju Pelemahan Kuartalan Terburuk Sejak 2010

Selama satu kuartal terakhir, indeks dolar AS jeblok hampir lima persen dan diperkirakan terus turun dalam pelemahan terparah sejak 2010.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan dolar Amerika Serikat secara kuartalan diperkirakan semakin memburuk. Pasalnya, indeks saham di Negeri Paman Sam sudah menguat terlalu tinggi (outperform) dan akan mendorong investor mencari saham-saham dengan valuasi murah di bursa negara lain yang masih underperform.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama dunia melemah 0,14 persen ke level 92.796 pada Senin (21/9/2020) pukul 14.24 WIB.

Selama satu kuartal terakhir, indeks dolar AS jeblok hampir lima persen dan diperkirakan terus turun dalam pelemahan terparah sejak 2010.

Depresiasi dolar AS tersebut seiring dengan prospek pemulihan ekonomi di AS pasca pandemi. Optimisme pemulihan ekonomi sudah terlihat di pasar saham yang tercermin lewat reli indeks S&P500 hingga 7 persen.

Di sisi lain, kinerja pasar saham di negara lain seperti di Jepang, Zona Euro, Kanada, Inggris, dan Australia masih belum mampu menandingi performa bursa Wall Street.

Bursa negara-negara yang masih underperform tersebut cenderung akan menarik dana asing untuk masuk dan meninggalkan bursa AS karena menawarkan harga saham dengan valuasi lebih murah.

Biasanya, perpindahan modal dari aset yang sudah outperform ke aset yang masih underperform ini akan berlangsung berbulan-bulan bahkan hingga akhir tahun karena menyesuaikan dengan target alokasi dari masing-masing investor.

Bloomberg mencatat dalam beberapa hari ke depan diperkirakan investor akan mulai menjual dolar AS dan membeli mata uang di negara yang pasar sahamnya masih underperform seperti poundsterling Inggris dan dolar Australia..

Selanjutnya, setelah volatilitas pasar saham dan mata uang lebih terkendali diperkirakan rebalancing portofolio akan terjadi di pasar ekuitas. Bukan tidak mungkin, dana-dana global akan kembali melirik aset-aset di negara berkembang seperti Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper