Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minim Sentimen, Bursa Asia Terjebak di Zona Merah

Indeks Hang Seng Hong Kong tercatat turun paling dalam sebesar 1,74 persen.
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia ditutup terkoreksi seiring dengan kewaspadaan pelaku pasar yang tinggi menyusul pernyataan Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell atas rebound ekonomi yang tidak pasti tanpa stimulus lebih lanjut.

Dilansir dari Bloomberg, seluruh indeks di wilayah Asia terjerembap ke zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong menjadi pasar dengan koreksi terdalam sebesar 1,74 persen di posisi 24.294,97 disusul oleh indeks Kospi Korea Selatan yang jatuh 1,22 persen di level 2.406,17

Menyusul dibelakangnya adalah indeks S&P/ASX 200 Australia yang anjlok 1,22 persen ke 5.883,19 diikuti Shanghai Composite yang terkontraksi 0,37 persen dan parkir di level 3.271,78.

Sementara itu, indeks Topix Jepang juga ditutup di zona merah setelah turun 0,36 persen ke level 1.638,4.

Kewaspadaan para pelaku pasar terjadi pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell atas kelanjutan pemulihan ekonomi. Menurutnya, rebound ekonomi global tidak akan berlanjut tanpa adanya stimulus fiskal lebih lanjut.

Pejabat The Fed telah menekankan dalam beberapa pekan terakhir bahwa pemulihan AS sangat bergantung pada kemampuan negara untuk mengendalikan virus corona dengan lebih baik. 

Selain itu, stimulus fiskal lebih lanjut kemungkinan diperlukan untuk mendukung pekerjaan dan pendapatan

 "Pemulihan telah berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan secara umum. (Namun) jalan ke depan masih sangat tidak pasti,” kata Powell dalam pidatonya.

Adapun pertemuan bulanan The Fed tersebut merupakan yang terakhir sebelum Amerika Serikat menyongsong pemilihan umum Presiden pada 3 November mendatang,

“Tidak adanya kebijakan baru membuat para pelaku pasar sedikit kewalahan," ujar Stephen Miller, Investment Strategist GSFM.

Gedung Putih dengan kuat mengisyaratkan bahwa pihaknya bersedia untuk meningkatkan tawarannya dalam pembicaraan dengan Partai Demokrat. 

Selain itu, anggota Senat Partai Republika harus ikut serta untuk menyepakati stimulus dalam 7 hingga 10 hari ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper