Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ellen May: IHSG Merespons Negatif Rilis Data Neraca Dagang

Penurunan impor secara tahunan (yoy) mengindikasikan permintaan atau konsumsi yang masih lemah.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Ellen May Institute menilai penurunan IHSG pada akhir perdagangan Selasa (15/9/2020) banyak dipengaruhi rilis data neraca dagang oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di hari yang sama.

Kendati data neraca dagang Agustus 2020 menunjukkan surplus, indeks merespons negatif nilai ekspor dan impor yang sama-sama turun secara year-on-year (yoy).

"Indeks masih bereaksi negatif terhadap surplus neraca dagang Indonesia bulan Agustus 2020. Hal ini karena surplus masih diikuti dengan perlambatan pada sisi ekspor maupun impor," tulis mereka dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Selasa (15/9/2020).

IHSG ditutup merosot 1,18% atau 60,96 poin ke level 5.100,86 pada perdagangan Selasa (15/9). Sejumlah 7 dari 10 sektor tercatat mengalami tekanan.

Sektor yang paling tertekan adalah sektor keuangan dengan penurunan 2,13 persen ke 1.121,32, kemudian sektor infrastruktur turun 1,67 persen ke 834,74 dan sektor barang-barang konsumsi turun 1,48 persen menujuk 1.909,94.

Adapun sektor yang paling menghijau adalah sektor konstruksi, menguat 2,53 persen ke  336,84.

Di saat bersamaan, data yang dirilis BPS menyebutkan bahwa  nilai ekspor Indonesia bulan Agustus sebesar US$ 13,07 miliar turun 4,62% secara yoy. Hampir semua sektor ekspor mengalami penurunan, kecuali sektor pertanian.

Sementara, impor Indonesia bulan Agustus tercatat sebesar US$10,74 miliar atau turun 24,19 persen secara yoy. Sektor barang konsumsi turun 12.49%, bahan baku/penolong naik 24.93% dan barang modal turun 27.55%.

"Perlambatan pada sisi impor masih mengindikasikan permintaan yang masih lemah," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper